Kisah Perantau Asal Desa Sihepeng, Salah Satu Warga Korban Gempa di Cianjur

Salah satu Perantau Madina asal Sihepeng Marwahuddin yang menjadi Korban Gempa Cianjur, fhoto : istimewa.
Salah satu Perantau Madina asal Sihepeng Marwahuddin yang menjadi Korban Gempa Cianjur, fhoto : istimewa.

WARTAMANDAILING.COM, Cianjur — Begini Kisah salah satu keluarga korban gempa Cianjur, Jawa Barat, Marwahuddin Nasution (43) yang berasal dari Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut. Kerugian dialami ayah lima ini tergolong parah, lantarah rumah kontrakan mereka hampir rata dengan tanah.

Selain itu, seluruh dagangan di warungnya pun nyaris tak terselamatkan. Bahkan dalam dua tiga hari terakhir ini, dagangan di dalam puing-puing reruntuhan bangunan banyak diambil warga yang mulai kelaparan karena belum dapat bantuan.

“Ada yang minta izin. Mereka mengaku lapar. Banyak juga yang mengambil tanpa memberi tahu kami,” kata suami Nur Alina Hasibuan (42) melansir Beritahuta.com, Minggu (27/11/2022).

Pasangan suami istri ini berasal dari Kecamatan Siabu, Madina. Marwahuddin berasal dari Desa Sihepeng 5, sedangkan Nur Alina dari Sihepeng Induk.

Marwahuddin dan Nur Alina memiliki lima anak:  Sri Wahyuni (20/putus sekolah); Ahmad Rinaldi (18/kelas dua SMK); Munawar (14/tsnawaiyah); Martua (12/kelas 5 SD);  dan Hanafi Mulia (5). Keluarga ini tinggal di Kampung Padarum, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jabar. Daerah ini merupakan pusat gempa Cianjur magnutido 5,6 yang terjadi pada Senin, 21 November 2022.

Di rumah tersebut pasangan ini membuka warung kelontong. Mereka sudah empat tahun di sana. Merantau dari Sihepeng karena ingin mencari rezeki. Namun, sekarang keluarga ini harus mulai lagi nol lantaran bangunan seluas 87 meter persegi itu nyaris rata dengan tanah akibat gempa yang berdasarkan data terakhir menewaskan 272 orang.

Menurut Marwahuddin, 18 orang di antara korban meninggal itu merupakan tetangganya. “Jumlah terakhir dari kampung saya 30-an. Misalnya, pada Kamis (24/11), masih ditemukan seorang ibu sedang hamil dalam keadaan tak bernyawa dibawah reruntuhan bangunan,” ujar Marwah.

Read More

Untuk sementara Marwahuddin dan keluarga menumpang di tempat rumah seorang famili di Rawabungo, Cianjur. “Kami belum berani ke lokasi, gempa susulan masih terus terjadi,” sebutnya.

Memang gempa susulan yang berpusat di Cianjur masih terus terjadi. Pada Kamis malam 24/11, misalnya, guncangan gempa tergolong besar. Berdasarkan catatan  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) magnitudo 4.1.

Marwahuddin belum bisa memastikan jumlah kerugian dialami akibat gempa Cianjur. Yang pasti, kata dia,  barang-barang isi rumah nyaris tidak bisa diselamatkan. Kalau pun nanti ada, mungkin hanya sebagian pakaian bisa selamat. “Itu pun belum tahu kondisinya sebab kami belum berani membersihkan runtuhan bangunan,”  ujar Marwah melalui telpon.

Dia menyebutkan sampai Jumat (25/11), belum ada satu pun yang memberikan bantuan kepada keluarga mereka, termasuk Pemkab Cianjur atau pemerintah pusat.

“Itulah sebabnya banyak korban mengaku kelaparan. Sebab itu semua korban tinggal di pengungsian.”ujarnya.

Cerita mengenai kejadian gempa, beberapa saat sebelum guncangan terjadi, Marwah dan istri sedang bincang-bincang di luar rumah. Tiga anak sedang sekolah, sementara anak sulung dan bungsu di dalam rumah. Rumah itu pun runtuh.

“Saya teriak dari luar supaya kedua anak saya keluar rumah. Alhamdulillah kami selamat. Kalau rumah kontrakan kami, sudah hampir rata. Kalaupun tidak runtuh menyeluruh, hanya karena pintu roling masih baru, jadi tertahan besi pintu itu,” katanya.

Keluarga Marwah merupakan korban kedua yang diketahui berasal dari Madina . Sebelumya, keluarga Saddam (34). Akibat gempa Cianjur tersebut rumah kontrakannya yang dihuni bersama istri: Salwa Lubis (29) di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jabar luluh lantak.

Beruntung, Sadam, Salwa dan kedua anaknya Aftab Fhatian dan Anisa selamat dari musibah ini. Padahal, saat rumah sudah bergetar, Salwa masih berusaha mengambil barang-barang, meski  goyangan gempa kian dahsyat.

“Ayo keluar, untuk apa lagi itu,” teriak Saddam kepada istrinya.

Sementara Salwa bersama kedua anaknya, untuk sementara mengungsi di rumah parebannya di Rawabungo, Cianjur. (Syahren)