WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Untuk memudahkan siswa yang bermukim di Tor Pulo Desa Muara Batang Angkola, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Dinas Pendidikan setempat akan membangun ruangan kelas baru di Dusun Lubuk Sihim.
Pembangunan satu unit ruangan kelas baru untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) ini rencananya akan dilakukan pada tahun 2023 mendatang.
“Di tahun 2023 mendatang pemerintah daerah akan memprioritaskan pembangunan setiap sekolah yang mengalami kerusakan di kabupaten Madina,” terang Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Madina, Dolar Hafriyanto kepada wartawan saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (1/11/2022).
Dolar mengatakan, prioritas pembangunan bagi Ruang Kelas Baru (RKB) di daerah terpencil serta rehab untuk sekolah yang mengalami kerusakan serius dilakukan untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di daerah kabupaten Mandailing Natal.
“Di tahun 2023, kita juga akan mengupayakan pembangunan satu RKB di Dusun Lubuk Sihim agar anak-anak kita disana lebih mudah mendapatkan pendidikan. Selain di daerah terpencil kita juga akan prioritaskan pembangunan (rehab) pada sekolah yang mengalami kerusakan di wilayah kita,” ujarnya.
Sekedar diketahui, setiap harinya ratusan siswa tingkat SD dan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang berada di dua dusun yang ada di perbukitan Tor Pulo harus berjibaku menuruni bukit terjal, berlumpur hingga sampai ke sekolah tercinta mereka di Desa Muara Batang Angkola.
Para siswa yang bermukim diperbukitan Tor Pulo itu yakni Dusun Lubuk Sihim dan Aek Tombang itu harus berangkat subuh melintasi hutan. Menenteng sepatu dan tas, nanti dipasang setelah sampai induk desa. Berjam-jam berjalan. Sesekali bertemu gerombolan monyet liar, babi hutan, atau binatang buas lain.
Enam kilometer diremang subuh agar tak terlambat SDN 043 Muara Batang Angkola. Tanpa ditemani oleh orang tua. Siswa kelas 1 SD hingga SMP itu menggunakan lampu teplok dan senter melewati dingin dan gelapnya malam.
Tak itu saja, sesampainya di tepi sungai Batang Gadis mereka harus menyeberangi sungai dengan “Getak” (rakit tradisional) ke seberang. Tak jarang juga para siswa itu harus menyeberangi sungai apabila sungai sedang surut. (Syahren)