WARTAMANDAILING.COM, Tapanuli Selatan – Seorang oknum Kepala Desa (Kades) Aek Pardomuan, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) diduga terlibat bandar judi togel dan terlibat atas tindakan pemerasan dengan kekerasan kepada dua orang warga.
Informasi yang dihimpun awak media ini, Kades Aek Pardomuan, Hotma Tua Ritonga diduga terlibat sebagai bandar judi togel berdasarkan keterangan TW salah seorang korban penyekapan oleh sejumlah pelaku pemerasan yang juga mengaku sebagai juru tulis (jurtul) toto gelap (togel) yang dibandari oknum Kades tersebut.
Korban, TW mengatakan kalau oknum Kades Aek Pardomuan, Hotma adalah bandar judi togel yang ia jalankan sejak beberapa hari yang lalu. Diungkapkannya, catatan penjualan dari togel dan nomor yang dipasang para pemain dikirim ke nomor whatsapp oknum Kades, Hotma setiap malamnya.
“Iya bang, nomor pasangan tiap malam kukirim sama kades dan anggotanya yang biasa disapa Nainggolan. Kades itu sebelumnya juga pernah meyakinkan ke saya bahwa berapapun jumlah pasangannya nanti akan dia tanggung hadiahnya asal sesuai dengan kiriman nomor yang dipasang dan nilai uangnya,” beber TW kepada Warta Mandailing di depan ruangan SPKT Polres Tapsel, Jumat (9/4/2021).
Nah, dari keterangan tersebut diduga kuat terlibatnya Hotma sebagai bandar judi togel. Namun untuk dugaan keterlibatan pemerasan dengan kekerasan, awal mulanya diceritakan TW, pada Rabu, 7 April 2021 ada pemain (pemasang nomor togel) yang menang, sehingga hari itu uang hadiah kemenangan pemain kurang dan Hotma meminta TW untuk menjemput hadiahnya ke Desa Simataniari, Angkola Sangkunur.
“Saya disuruh Kades itu mengambil uangnya ke Simataniari dan sekitar jam 11 malam kami tiba di desa itu, tepatnya di kantin sekolah SMP Simataniari, nah, disitulah saya dan teman saya PA disekap secara bergilir oleh sejumlah orang yang diantaranya ada si Nainggolan itu,” kata TW sembari menyebut pelakunya kurang lebih 8 orang.
Ia menceritakan peristiwa yang dialaminya bersama PA diluar nalar mereka, secara tiba-tiba TW dan PA disekap dengan tangan diikat kebelakang dan memukuli secara bergantian serta meminta uang tebusan agar bisa kembali pulang atau keluar dari lokasi itu.
“Mereka ikat tangan kami kebelakang dan bergantian memukuli, lalu mereka minta uang tebusan agar kami bisa keluar dari tempat itu, disitu si Nainggolan juga menyebut kalau uang tebusan itu nanti akan diserahkan ke si Hotma. Bahkan si Nainggolan juga mengatakan kalau si Hotma itu tidak ada yang bisa menangkapnya, dia itu kebal hukum,” pungkas TW menirukan ucapan si pelaku Nainggolan.
Lalu, menurut keterangan korban, PA bahwa tujuan dia ke desa Simataniari hanya sebatas mengantarkan TW saja dengan menaiki mobil milik PA. Dirinya merasa aneh kenapa peristiwa itu dialaminya, sebab, ia tidak mengetahui apa persoalan antara TW dengan para pelaku yang ia sebut tidak mengenalnya sama sekali. PA hanya mendengar ada yang memanggil selain Nainggolan ada juga marga Sitepu.
“Dari jam 11 kami disekap hingga jam 5 subuh, itupun setelah uang tebusan yang mereka minta ditransfer oleh keluarga saya. Uang tebusannya sebesar 24 juta, Kalau tidak dikirim uangnya, katanya kami akan dibunuh, setelah ditransfer uang 24 juta ada lagi selembar kertas untuk kami tanda tangani, baru bisa kami pergi dari tempat itu,” tutur PA yang juga salah seorang Wartawan di media cetak.
PA didampingi keluarganya melaporkan hal itu ke SPKT Polres Tapsel, sebab ia dan keluarganya tak terima atas perlakuan orang yang tidak dikenalnya sama sekali itu. Dijelaskan PA, akibat peristiwa itu, ia mengalami sakit dibagian kepala belakang akibat pukulan dari para pelaku dan dirinya juga kehilangan handphone (HP) serta mengalami kerugian sebesar 24 juta rupiah.
“Kami meminta kepada pihak kepolisian agar segera menangkap para pelaku termasuk Kades Aek Pardomuan, Hotma Tua Ritonga yang kami duga terlibat dalam hal ini, sebab dia yang meminta TW datang ke desa itu, kami curiga ini sudah direncanakan sebelumnya,” pungkas PA setelah melakukan pelaporan atas tindakan yang dialaminya.
Menurut keterangan korban PA dan TW, diduga selain kedelapan pelaku, oknum Kades Aek Pardomuan juga terlibat dalam hal ini. Sebab dari sejumlah bukti yang didapati, nomor dan foto serta obrolan di aplikasi whatsapp, benar adalah Hotma selaku Kades Aek Pardomuan.
Warta Mandailing berulang kali menghubungi Kades tersebut, belum dapat tersambung dan pesan melalui whatsappnya belum terkirim guna konfirmasi atas dugaan yang dimaksud.(Nas)