WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Dia tidak seperti orang dewasa pada umumnya, di tidak mampu berdiri dan berjalan, duduk pun tidak bisa, apalagi bekerja, untuk dapat ke kamar mandi pun dia membutuhkan waktu lama, karena harus merayap, menyeret kaki menggunakan siku tangan.
Sedihnya semakin bertambahnya usia, justru semakin menurunnya kekuatan fisiknya, begitulah nasib Muhammad Ridwan, pemuda berusia 29 tahun, warga Kelurahan Kayu Jati, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
Muhammad Ridwan sejak lahir mengalami keterbelakangan mental dan menderita gizi buruk, tepatnya sejak 7 tahun yang lalu, penyakit yang dideritanya itu pun menyebabkan Ridwan lumpuh.
Meskipun makan dan minum dan minum setiap hari, kondisi Ridwan justru semakin parah, tangan dan kaki Ridwan semakin mengecil dan kurus kering, tak hanya itu, tulang punggung bengkok, tulang pinggul dan tulang kaki pun semakin terlihat jelas.
“Sejak tujuh tahun yang lalu kondisi fisik abang kami Ridwan semakin menurun, tubuhnya mengecil dan lemah dan kini duduk pun dia tak bisa.”ujar Anisah adek Ridwan kepada Warta Mandailing saat ditemui di rumahnya, Minggu (11/6/2023)
Diceritakan anisah, sekitar 8 tahun yang lalu saat abangnya Ridwan masih bisa berjalan, ia sering keluar rumah dan menghilang pergi tanpa arah dan tujuan, keluarga berkali-kali panik, sebab Ridwan seorang tunawicara dan sedikit mengalami gangguan mental, terakhir, ia ditemukan di Desa Barbaran, Kecamatan Panyabungan Barat, Kab Madina.
“Karena meresahkan, sering keluar rumah dan menghilang berhari-hari, pasca kejadian itu, ibu kami meminta Ridwan untuk jangan pergi kemana-mana, sejak itulah abang kami tidak pernah keluar rumah lagi.”ungkapnya.
Lanjut, Kata Anisah, setahun kemudian setelah abangnya menetap dirumah dan tidak pergi kemana-mana lagi, seiring waktu mengidap penyakit dan kondisi fisiknya pun menurun dan melemah hingga mengalami kelumpuhan.
“Awalnya sakit keras, saat itu diperiksa bidan dan kami tanya apa penyakitnya, bidan tidak menjelaskan, bidan hanya memberikan obat tapi juga tak kunjung sembuh, hingga kini kondisinya semakin memperihatinkan.”ujar adek perempuan Ridwan ini.
Kondisi ekonomi keluarga ini cukup lemah membuat mereka tidak bisa berbuat banyak,
Martua lubis (58) ayah Ridwan seorang petugas kebersihan kelurahan, ibunya Nur Aini Pulungan (50) pemetik sayur kangkung liar.
“Kami lima bersaudara, ayah kami hanya seorang petugas kebersihan kelurahan, sementara ibu kami hanya pemetik sayur kangkung dengan penghasilan 30 puluh ribu perhari kerja.”ujar Anisah.
Mereka adalah satu dari sebagian keluarga miskin yang terasingkan, dan luput dari perhatian pemerintah, selain menanggung sulitnya hidup, mencari makan, mereka juga sangat kesulitan memenuhi kebutuhan berobat.
“Sampai saat ini belum ada satu orang pemerintah pun yang menyambangi kami, Abang kami butuh kursi roda dan bantuan biaya berobat serta bantuan modal usaha keluarga.”jelasnya. (Syahren)