WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – PUTUSNYA Akses jalan Jembatan Merah – Muarasoma, tepatnya di Aek Inumon ll Kelurahan Tanobato, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, menyulitkan warga dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup.
Seperti yang dirasakan masyarakat pantai barat dan sejumlah desa lainnya di kecamatan Panyabungan Selatan. Akses yang menghubungkan Panyabungan-Natal ini terputus sejak Jumat (21/12/2023) mengakibatkan sumber pemenuhan kebutuhan warga sehari-hari tidak terpenuhi akibat musibah longsor ini.
Ali Gunawan salah satu mahasiswa pengguna jalan warga Kelurahan Simpang Gambir mengaku nekat menggotong sepeda motornya dibantu warga menerobos hutan agar bisa kembali pulang tepat waktu ke kampus sekolahnya di Padangsidimpuan.
“Nekat menerobos hutan dengan menggotong sepeda motor ini karena sudah ke pepet dengan waktu untuk melaksanakan tugas di sekolah, “ujar Ali Gunawan mahasiswa UMTS Padangsidimpuan ini kepada Wartamandailing, Senin (25/12/2023)
Ketika ditanya, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mereka kuli angkut sepeda motor matic Honda Beat ini di hotong menerobos hutan?.
Ali Gunawan Mahasiswa UMTS Padangsidimpuan Semester lV ini mengaku, “biaya angkutnya cukup mahal, yaitu 400.000 rupiah, habis mau ngimana lagi, akses jalan utama putus, terpaksa ini dilakukan agar bisa tepat waktu tiba di sekolah, “ungkap Ali Gunawan.
fhoto : Seorang kuli angkut barang tampak memikul jeriken berisi BBM segera berjalan melewati hutan jalan licin dan terjal.
Pengguna jalan pintas lainnya menjelaskan, akses jalan lintas yang dilalui menerobos lewat hutan dan jurang ini lebih dekat ke Panyabungan daripada memutar lewat jalan lintas Sumatera Barat.
“Kami nekat menerobos hutan menjemput anak sekolah sekaligus beli kebutuhan rumah tangga, untuk uang pundak barang, misal 1karung sembako, atau 1 jeriken BBM isi 30 liter, kita bayar upah kuli pundak 35 ribu hingga 50 ribu rupiah per satuan barang, “ujar warga pantai barat itu.
Menurut warga jalan jembatan Merah Muarasoma ini tampaknya masih belum bisa tertangani, ini harus segera dituntaskan titik longsor di Aek Inumon ll cukup parah dan masih memutus akses warga hingga kini hari ke-5 Selasa (26/12/2023).
Hal itu membuat warga harus menggunakan jalur pintas lewat hutan ketika hendak bepergian ke luar daerah terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Biaya transportasi cukup mahal, naik turun angkot dua kali ditambah lagi biaya pundak barang, dan waktu perjalanan lebih lama apalagi bila dibandingkan dengan melewati Provinsi Sumatera Barat. (Has)