WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Ratusan warga dari Desa Gunung Barani dan Desa Gunungtua Jae, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal menggelar gotong royong untuk membersihkan sedimen dari saluran irigasi.
“Hari ini kita mengadakan gotong royong bersama aparatur pemerintahan Desa Gunung Barani dan Desa Gunungtua Jae dan warga sekitarnya turut bahu membahu mengangkat sedimen rumput liar, lumpur, dan sampah dari saluran irigasi Gunung Barani -Gunungtua jae, “kata Kades Gunung Barani Faizal Nasution, Senin (12/8/2024)
Faizal menyebutkan jaringan irigasi yang ditutupi rumput liar, lumpur dan sampah telah mengakibatkan sekitar 700 hektar lahan pertanian di Desa Gunung Barani itu tidak terairi air sehingga produksi padi menurun drastis dan bahkan karena ini berlarut-larut sebagian dari lahan itu kini telah beralih pungsi jadi perkebunan.
“Petani sangat mengharapkan infratruktur penting ini agar dapat segera berfungsi kembali secara maksimal dan dapat menopang kebutuhan hidup masyarakat sekitar, “ujarnya.
Dijelaskan, pekerjaan pembersihan sedimen berupa lumpur, sampah dan rumput liar yang tumbuh di bahu irigasi itu cukup berat dan membutuhkan waktu lama untuk gotong royong membersihkan sedimen ini.
“Beberapa hari ke depan kita akan menurunkan alat berat untuk mengangkat sedimen lumpur, untuk biaya sewa escavator sebelumnya sudah terkumpul swadaya dari para petani, karena kalau hanya mengandalkan tenaga manusia butuh waktu yang lama untuk membersihkan jaringan irigasi yang panjangnya sekitar 4 kilometer ini, “tuturnya.
Kepala Desa Gunungtua Jae yang ditemui awak media di lokasi, Henri menuturkan kegiatan royong ini didasari atas banyaknya keluhan para petani yang sangat membutuhkan pasokan air untuk lahan sawah mereka.
“Atas keluhan petani, kita jalin koordinasi dengan pemerintahan desa tetangga, lalu kita sepakat bersama warga untuk melaksanakan gotong royong pembersihan sedimen di bahu saluran irigasi, “ujar Henri.
Sebagian saluran tampak sudah mulai bersih.
Ketika ditanya, sudah berada lama material atau sedimen yang ada di bahu irigasi ini tidak dibersihkan. Henri menuturkan, sedimen yang ada di bahu irigasi itu menurutnya sudah lebih dari lima tahun tidak pernah diangkut dari saluran irigasi, akibatnya, saluran tersumbat.
“Menurutku sedimen ini sudah lebih dari lima tahun bahkan bisa mencapai sepuluh tahun tidak pernah dibersihkan, akibat ini masyarakat mengeluh tidak bisa menanam padi, makanya hari ini kita gelar gotong royong, “ujar Henri.
Sementara, seorang petani warga Desa Gunung Barani Irfan mengatakan, jaringan irigasi sekunder Gunungtua jae-Gunungbarani selama ini dimanfaatkan petani untuk mengairi areal persawahan, namun sejak lima tahun terakhir kurang perhatian, irigasi ini tidak mendapat perawatan dan pembersihan sedimen dari pihak terkait, sehingga material menumpuk di saluran irigasi yang mengakibatkan pasokan air tidak dapat terpenuhi untuk mengairi sawah petani.
“Saat ini saluran irigasi Gunungtua jae-Gunungbarani hanya mampu mengairi sekitar puluhan hektar lahan pertanian warga, “katanya.
Warga membersihkan saluran irigasi dengan menggunakan parang, cangkul dan sekop.
Sejak lima tahun terakhir dengan tidak terpenuhinya pasokan air dari irigasi ke areal persawahan warga, sebagian petani memilih tidak menanam padi lagi, tapi bertanam holtikultura, namun sebagian lagi ada yang memilih menanam padi ketika musim hujan saja. (Has)