WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Padang Sidempuan diminta pro aktif mengatasi konflik harimau dengan manusia di wilayah desa- desa yang terdapat di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.
Sebab konflik harimau dengan manusia di kecamatan ini, sepertinya tak kunjung usai. Konflik berkepanjangan ini dalam beberapa bulan terakhir terus menjadi perbincangan dan keresahan ditengah-tengah masyarakat sekitarnya.
Karena sudah hampir tiga tahun berjalan, keberadaan harimau di wilayah ini sudah tidak hidup di habitatnya, tapi sudah di habitat manusia. Pihak BKSDA sebagai lembaga yang berwenang diharapkan bisa berbuat untuk memberikan sosialisasi maupun edukasi kepada masyarakat.
Harapan itu di sampaikan Hollad Daulay salah seorang tokoh masyarakat Kotanopan di Pasar Kotanopan Kamis (14/11/ 2024) menyikapi masih maraknya keluhan warga terkait seringnya ditemukan jejak harimau di areal sekitar persawahan dan perkebunan mereka.
“ Sebab dengan kemunculan ataupun berkeliarannya hewan buas itu, warga merasa tidak nyaman dan aman bahkan takut beraktifitas di lahan perkebunan maupun persawahan milik mereka ,” katanya.
Menurutnya, kondisi saat ini warga sudah takut melakukan aktivitas di kebun mereka. Jejak harimau sering ditemukan, apalagi di beberapa tempat ada ditemukan sisa- sisa binatang dugaan bekas makanan harimau.Hal ini membuat warga takut beraktivitas di tempat usaha mereka. Kalau kondisi ini terus berlangsung, tentunya sangat mempengaruhi ekonomi warga.
Untuk ini, BKSDA sebagai lembaga yang berwenang harus mempunyai solusi dan harus action kelapangan bagaimana konflik harimau dengan manusia bisa teratasi. Warga sudah terlalu lama di hantui rasa ketakutan, setiap mereka berangkat ke kebun perasaan tidak nyaman.
“ Terkadang daun- daunan yang jatuh dari pohonnyapun sudah membuat mereka merasa ketakutan. Apalagi di wilayah Kotanopan dan sekitarnya, rata-rata aktivitas warga selalu berkaitan dengan hutan,” ucapnya.
Hollat meminta BKSDA harus turun tangan, harimau sudah tidak di habitatnya, sudah masuk areal persawahan dan keperkebunan warga. Artinya, lembaga terkait harus berbuat. Jangan ketika harimau mati, warga selalu di salahkan dan di hadapkan kepada hukum.
“Pihak BKSDA juga harus memikirkan keselamatan warga. Bisa saja dengan memindahkan harimau ini ketempat lain. Maksudnya, perlu ada tindakan nyata dan solusi bagaimana agar konflik ini tidak berlanjut,” ujarnya.
Jejak kaki diduga binatang harimau di wilayah areal persawahan warga di Kecamatan Kotanopan. (Dok- Wartamandailing).
Berdasarkan catatan, dalam tiga tahun terakhir, sudah puluhan kali terjadi konflik harimau dengan manusia di wilayah Kecamatan Kotanopan, termasuk ada beberapa bintang ternak yang sudah di makan harimau tersebut.
Selama itu, warga tetap di hantui rasa ketakutan untuk beraktivitas di tempat usaha mereka. Kiranya, jangan warga lebih banyak di salahkan dari pada mencari solusi untuk masalah tersebut.
Ada ucapan yang sering di dengar warga, munculnya harimau di pemukiman warga akibat terganggunya habitat mereka.Realitas yang ada, sederetan kejadian harimau sering terjadi di wilayah Kecamatan Kotanopan, mulai dari jejaknya banyak ditemukan di lahan warga, selalu menampakkan diri dan beberapa kali memangsa ternak peliharaan masyarakat. (Munir Lubis).