WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Kelompok Tani Serangkai binaan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dapat menikmati untung besar. Pasalnya harga cabai merah keriting saat ini tembus Rp. 80 ribu per Kg.
“Harga lelang dua hari yang lalu Rp. 56 ribu perkilo dan untuk hari ini harga jual petani sudah tembus Rp. 80 ribu perkilo,” kata Bendahara HKTI Madina, Ahmad Goilan, Rabu (15/6/2022).
Ahmad Goilan menyampaikan, lahan tidur yang dikelola HKTI Madina di Kelurahan Pidoli Dolok, Kecamatan Panyabungan seluas 3 hektar. Untuk kebun cabe merah seluas 4.335 meter dan selebihnya tanaman pepaya serta kacang merah.
“Untuk panen cabe merah kita saat ini sudah memasuki masa panen kelima, hasil panen nya sekitar 500 Kg,” ujarnya.
Dijelaskan, kebun cabai merah kelompok tani serangkai, jumlah bibit yang ditanam sebanyak 8000 batang tersebut merogoh kocek sekitar Rp. 34 juta mulai dari tanam hingga panen.
“Cabe merah yang kita panen ini hanya mengandalkan pupuk organik, diperkirakan panennya bisa bertahan satu tahun kalau perawatannya cukup baik,” terangnya lagi.
Sementara itu, Mhd Hanapi salah seorang pemerhati menuturkan, jika diibaratkan seorang generasi muda mampu menjadi petani milinial dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi warga masyarakat di sekitarnya.
“Seorang pemuda mampu memberikan contoh yang baik, disaat harga cabe naik, pemuda tersebut dapat menikmati hasil panen dengan harga yang cukup memuaskan,” imbuh Hanapi sembari memetik cabe merah dari batangnya.
Kata dia, bayangkan seorang pemuda dengan melibatkan warga setempat untuk membuka lahan tidur, yang selama ini terlantar dijadikan kebun dengan ragam macam tanaman.
“Panen cabai serta panen tanaman lainnya yang sudah di panen sebelumnya dapat membuahkan hasil yang cukup lumayan dan itu sudah dapat dinikmati pemuda tersebut,” tuturnya.
Ia berharap, pemerintah daerah seharusnya mampu bagaimana caranya untuk mengangkat serta mendorong para pemuda untuk menjadi petani yang kreatif.
“Pemuda kita seharusnya jangan hanya ingin jadi pekerja kantoran, petani itu cukup makmur dan hasilnya sangat menjanjikan,” tutupnya. (Syahren)