WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Senyum sumringah terpancar di wajah Monalisa, anak yatim yang sudah lama ingin bersekolah tapi ibunya tak punya biaya untuk memenuhinya. Setelah viral lewat pemberitaan dan media sosial, akhirnya bocah perempuan itu kini sudah dapat masuk sekolah untuk pertama kalinya dan sudah bisa mendapatkan pelayanan pendidikan dasar.
Monalisa diterima bersekolah di SD Negeri 106 Aek Galoga, Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Pantauan Warta Mandailing, Dasniah ibunda Monalisa bersama bocah perempuannya tampak berjalan kaki menuju SD Negeri 106 Aek Galoga.
Kepala sekolah SD Negeri 106, Ahmad Subuhi Matondang S.Pd menuturkan, bahwa Monalisa bocah dari keluarga yang kurang mampu tersebut diterima menjadi siswa baru.
“Monalisa terdaftar menjadi siswa didik baru yang kita terima hari ini, ia sudah bisa mengikuti mata pelajaran sebagaimana siswa sekolah dasar seusianya,” terangnya, Senin (1/8/2022).
Sementara Monalisa, tampak begitu senang setibanya di halaman sekolah. Ia pun disambut teman seusianya dan langsung berbaur dengan siswa.
“Alhamdulillah seneng banget. Setelah sekian lama, akhirnya saya bisa masuk ke sekolah. Bisa ketemu teman-teman, dan bisa ngerasain duduk di bangku kelas. Alhamdulillah senang sekali pak,” kata Monalisa.
Dalam kesempatan itu Dasniah, ibunda Monalisa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu Monalisa hingga bisa masuk sekolah.
“Terimakasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dan mendampingi hingga sampai hari ini Monalisa sudah dapat masuk sekolah,” ungkap Dasniah dengan mata berkaca kaca.
Seperti diberitakan sebelumnya, Monalisa bocah perempuan anak yatim yang ingin bersekolah itu, tinggal di rumah kontrakan di Lorong Aek Galoga, Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan.
Dasniah menceritakan, bahwa anaknya tidak bisa sekolah lantaran ia tak punya biaya untuk memenuhi kebutuhan pendaftaran sekolah dan juga data adminduk gadis kecilnya itu belum lengkap.
“Monalisa memang sudah lama ingin sekolah, tapi ngimana aku tak punya uang untuk membeli keperluan sekolahnya, ditambah lagi data administrasi kependudukannya belum bisa saya lengkapi, sementara bocah anak nyatim ku ini sudah menginjak usia 7 tahun tiga bulan, aku tak bisa berbuat apa apa,” jelas Dasniah sembari menitihkan air mata.
Sementara dirinya hanya bekerja kuli masak dan buruh cuci di warung rumah makan dengan penghasilan cukup untuk makan ketiga anak dan ibu kandungnya.
“Gaji yang didapat cukup untuk makan kami berlima saja, dengan penghasilan yang pas pasan, akibatnya kedua kakak Monalisa juga putus sekolah karena ketidakmampuan saya untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka,” tutupnya. (Syahren)