WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Enam anak yang masih kecil-kecil anak dari Mukhsin seorang ayah yang sehari-hari bekerja pendodos karet, warga kelurahan Pidoli dolok, Kec. Panyabungan, Kab. Madina, menghadapi nasib luar biasa.
Kepada wartawan Kamis (15/6/2023), Lurah Pidoli dolok Ainan Nur S,ag mengungkapkan, keenam anak ini, satu orang berusia satu tahun tampak normal, tiga anak menderita disabilitas tunanetra total, dua anak dengan kondisi juling berat.
Bu Lurah berkisah, kondisi ini memang sangat luar biasa. Ainan nur turun langsung ke lapangan untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu warga.
“Waktu kami membawa operasi anak-enam ke Medan dengan biaya dari usaha dari kami meminta sendiri dari donatur, saya sebagai lurah turun tangan sendiri mencari donatur, termasuk Ompung H. Atas salah satunya,” kata Bu Lurah.
Dijelaskan, anak-anak berangkat dari Panyabungan 17 Desember 2017 dan kemudian menjalani operasi 2019. Pulang ke Panyabungan kontrol ke RSUD Panyabungan dan berobat jalan.
“Setelah pulang operasi dari Medan, anak-anak konsul ke RSUD Panyabungan dan kami juga usahakan supaya anak-anak bisa kontrol berharap sekali lagi ke Medan setelah operasi kami cari donatur lagi dan uangnya kami serahkan pada orangtuanya tapi kemungkinan akibat desakan ekonomi, uang yang kami kasih habis dan anak-anak tak jadi kontrol ke Medan.”ujar Bu Lurah.
Tak sampai di situ, ujar Bu Lurah yang memulai karirnya sebagai Lurah Pidoli dolok mulai Mei 2017 ini, anak-anak dimasukkan SLB, tapi kerena terbentur uang transport, cuma bertahan sebentar, kami bantu lagi fasilitasi ke Dinas Sosial dan Baznas untuk minta uang transport anak-anak, “beliau-beliau bilang tak ada dana rutin.”
Lurah Pidoli dolok Ainan nur yang peduli terhadap warganya ini, mengungkapkan, kayaknya untuk sembuh agak susah, “yang bisa kita buat sekarang gimana anak-anak bisa tetap sekolah di SLB agar mereka bisa bersosialisasi dan kata gurunya anak-abak ini punya potensi dan bakat.
“Mereka tidak ada biaya transport rutin tiap bulan, orang tua nggak sempat ngantar karena Menderes karet tiap pagi hari. Makanya, kami turun tangan langsung cari donatur. Karena kami anggap ini sudah luar biasa,” ujar Lurah Pidoli dolok Ainan nur.
Sementara, Kordinator PKH Kabupaten Madina Aswan Lubis mengunjungi anak-anak ini ke kediamannya di Lingkungan III Pidoli dolok. Merasa sedih bercampur haru — dan linangan airmata — melihat anak-anak berusia SD menderita disabilitas tunanetra.
“Melihat anak-anak ini, tentu saja, saya sangat terharu. Saya mendatangi kediaman mereka di Desa Pidoli dolok,” ujar Aswan Lubis tulis di grup WA Madina Lawyers Club.
Aswan Lubis berdoa, semoga dia dan para dermawan bisa memberi senyum kepada anak-anak ini dengan memberikan jalan dan bantuan.
“Sudah saya laporkan ke Dinsos dan sedang proses permohonan bantuan tongkat,” ujar Aswan Lubis menjawab wartawan melalui sambungan telepon seluler.
Camat Panyabungan Edy Sahlan membenarkan, ada anak-anak warga Pidoli dolok dalam tiga keluarga menderita disabilitas tunanetra.
Tapi menurut informasi, lanjut camat, sulit untuk normal kembali karena bawaan lahir. “Nama orangtua anak-anak ini Mukhsin, tinggal di Lingkungan III Lintas Timur,” kata
Camat Panyabungan Edy Sahlan.
Terpisah, mantan ketua naposo bulung pidoli dolok Syahren menuturkan, terkait anak-anak tersebut tidak bisa berangkat ke sekolah lantaran orang tuanya tak punya biaya, ini perlu diperhatikan agar anak-anak ini segera bisa sekolah kembali dan punya keterampilan diri.
“Anak-anak ini butuh perhatian serius, mulai dari pendidikannya, pelatihan skillnya agar mereka bisa hidup mandiri, modal usaha keluarga ini juga tidak kalah penting untuk diperhatikan pemerintah.”ujarnya. (Tim)