WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Ratusan santri Pondok Pesantren Subulussalam Desa Sayurmaincat, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) menggelar zikir dan doa bersama hadiah untuk para pahlawan perintis kemerdekaan, beberapa diantara mereka pahlawan yang gugur berasal dari pesantren ini, Kamis (24/08/2023).
Kegiatan di momen HUT ke-78 RI itu dihadiri Kasi Bimas Islam Kemenag Madina Ahmad Zainul Khobir Batubara, Kepala Kantor Urusan Agama Kotanopan Muhammad Ikhwan Lubis, Ketua Yayasan Subulussalam H. Endar Lubis, Pimpinan Pondok Pesantren H. Esmin Pulungan, para kepala Sekolah, guru dan santri.
Diketahui, ada lima orang pengurus, guru dan warga dari Ponpes Subulussalam Desa Sayurmaincat, kecamatan Kotanopan, ponpes didirikan pada tahun 1927 itu, sejumlah pengurus telah dinobatkan sebagai pahlawan Perintis Kemerdekaan.
Nama-nama Pahlawan itu terukir indah dan rapi dalam prasasti di Tugu Perintis Kemerdekaan Kotanopan, tugu itu persis di depan Pesanggaran Kotanopan.
Kelima nama yang dinobatkan sebagai Pahlawan Perintis kemerdekaan itu adalah Tinggi Lubis, teks sejarah (ditangkap Belanda dan di buang ke digul Irian Jaya), Yahya Malik teks sejarah (ditangkap Belanda dan dibuang ke digul Irian Jaya), H. Ali Hanafiah (Mahals Lubis) teks sejarah ditangkap Belanda dan dimasukkan ke Penjara Suka Miskin, Makmur Lubis teks sejarah (ditangkap Belanda dan dibuang ke Ternate) dan Abdul Aziz juga dibuang ke Ternate.
Pimpinan Ponpes Subulussalam Esmin Pulungan mengatakan, kegiatan zikir dan doa itu bertujuan untuk edukasi bagi para santri sekaligus memberitahukan bahwa Subulussalam kampung bersejarah di Kotanopan.
“Banyak di antara pengurus, guru yang juga warga Sayurmanincat ditangkap oleh Belanda hingga akhirnya mereka dikenal dengan Pahlawan Perintis Kemerdekaan, mereka para pahlawan begitu berjasa rela mati dalam berjuang sebelum Indonesia merdeka, “ucapnya.
Melalui kegiatan ini diharapkan para santri dapat mengikuti semangat dan gelora para pejuang yang telah berkorban untuk kemerdekaan.
“Berkaitan dengan HUT ke-78 RI, kami mengirim doa kepada para pejuang dengan harapan semoga mereka di lapangkan dalam kuburnya dan di masukkan Allah SWT kedalam Syurga nantinya, “ujar Esmin Pulungan.
Terpisah, seorang budayawan Mandailing Natal Askolani Nasution menceritakan, kisah perjuangan dan tokoh-tokoh pahlawan kemerdekaan yang tertera di Tugu Perintis kemerdekaan di Mess Provsu atau depan Pesanggarahan Kotanopan telah di kemas dalam sebuah film.
Film dengan judul “Dari Mandailing Ke Boven Digul” flim ini ditulis dan disutradarai oleh budayawan Mandailing Askolani Nasution.
Dalam kemasan flim ini menceritakan kisah para pejuang asal Mandailing khususnya dari Kotanopan mereka pahlawan yang tercatat pada tugu perintis kemerdekaan itu.
Film yang berlatar era tahun 1927 ini mengisahkan peristiwa mulai dari ditangkapnya beberapa tokoh pergerakan asal Mandailing di Pondok Pesantren Desa Subulussalam, kecamatan kotanopan, mereka tanpa pemeriksaan oleh agen polisi kolonial (PID) hingga dibuang ke kamp tahanan politik tanah merah, Digul, Papua.
Pembuangan ini juga bersamaan dengan pembuangan ribuan tokoh pergerakan perintis kemerdekaan lainnya dari berbagai daerah di indonesia oleh Hindia Belanda.
Selama perjalanan hingga sampai ke pembuangan ke Tanah Merah, Digul, Papua, para tokoh-tokoh perintis kemerdekaan ini mengalami berbagai tekanan, perlakuan yang tidak manusiawi, kerja paksa, meringis kesakitan terkena penyakit malaria, gangguan binatang buas dan suku primitif, derita yang sangat menyakitkan dialami oleh para pejuang kita. (Munir Lubis).