WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Banyak sekali perbedaan diantara kita mulai dari segi bahasa, tutur kata, pakaian, rumah, makanan, etika, adat atau kebiasaan dan lain-lain. Bahkan perbedaan merupakan salah satu simbol atas adanya rahmat Tuhan yang diberikan terhadap kita dan terkadang pula dengan adanya perbedaan dapat melahirkan kesenjangan sosial.
Di zaman sekarang yang serba instan dan merevolusinya pengetahuan Sain-Teknologi, hubungan antar Dunia semakin bebas, begitu juga budaya-budaya asing yang masuk ke Mandailing umumnya di Indonesia. Mereka kaum milenial beranggapan bahwa budaya tersebut adalah trend zaman sekarang kemudian mereka melupakan adat dan istiadat serta budaya leluhur mereka sendiri. padahal di dalam tubuh Pancasila juga disebutkan pada Sila ke-3 Persatuan Indonesia yang mengandung nilai-nilai mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air dan Bangsa.
Mandailing merupakan suatu bangsa yang sangat kental dengan budaya tolong menolong, gotong royong dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan sebagaimana yang sudah terpampang dalam butir-butir Pancasila Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan, namun rasa peduli tersebut mulai terkikis perlahan-lahan di bumi gordang sambilan ini.
Tidak hanya peduli terhadap sesama yang memudar, akan tetapi peduli terhadap lingkungan juga mulai luntur. Contoh kecilnya saja banyak orang yang membuang sampah sembarangan, padahal mereka tahu kalau hal tersebut dilarang, perilaku tersebut menggambarkan bahwa rasa peduli terhadap lingkungan sudah memudar.
Contoh lain terkadang ada orang yang jatuh naik sepeda motor, hal pertama dan yang paling utama dilakukan seharusnya membantunya, akan tetapi terkadang kita lebih cepat membuka handphone mengambil poto dan video sambil tertawa karena menganggap lucu atau terkadang kita hanya melihatnya kemudian langsung meninggalkannya tanpa membantunya, hal tersebut juga menggambarkan bahwa rasa peduli dalam diri orang tersebut dan kepekaannya sudah hilang.
Seperti yang sudah dijabarkan tadi rasa peduli terhadap sesama sudah mulai hilang atau langka. Padahal adat dan agama kita menganjurkan untuk saling tolong menolong sebagaimana dalam firman Allah.
Selain itu, Pancasila juga mengajarkan kepada kita untuk gemar dalam melakukan kegiatan kemanusiaan. Seperti menolong orang yang membutuhkan tanpa melihat siapa yang ditolongnya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang mana manusia itu adalah khalifah dimuka bumi ini. Makanan, minuman dan lain-lain sudah Allah ciptakan untuk manusia, akan tetapi nikmat-nikmat tersebut banyak yang disalahgunakan oleh mereka. Mereka lupa dengan tugasnya di bumi ini, mereka banyak melakukan kerusakan-kerusakan bukan kebaikan yang mereka taburkan.
Alam sekitar dan seisinya merupakan titipan dari Tuhan oleh karena itu mari kita jaga bumi ini dengan sebaik-baiknya dan kita lestarikan bersama. Terutama jangan sampai rasa peduli dan kepekaan kita terhadap sesama dan lingkungan memudar bahkan sampai menghilang, karena kalau bukan kita yang menjaga dan melestarikan bumi ini siapa lagi?
Karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dibekali akal dan hawa nafsu. Oleh karena itu sebisa mungkin rasa peduli itu tetap ada dalam diri kita karena banyak sekali diantara kita yang serba kekurangan, tidak terpenuhi makan sesuai jadwal, anaknya putus sekolah, sakit tak bisa berobat lantaran tak punya biaya, rumah tidak layak bahkan ada yang tak punya rumah sama sekali, Jika rasa peduli tersebut sudah melekat dalam diri kita maka kita bisa membantu mereka yang kurang mampu. Yakinlah, setiap apa yang kita lakukan baik atau buruk itu pasti ada balasannya dan di Dunia ini tidak ada yang kebetulan, semuanya telah Allah tetapkan sebelumnya.
Mari kita gunakan kesempatan yang Allah swt berikan kepada kita dengan sebaik-baiknya karena kesempatan itu tidak akan datang untuk kedua kalinya. Perbaiki kesalahan-kesalahan yang lalu dan cobalah memulai dengan menebar kebaikan mulai dari hal yang kecil seperti menyapa tetangga mu apakah mereka sudah makan hari ini, anaknya bisa sekolah atau tidak, sakit apa dan apakah sudah berobat.
Penulis : Syahren Hasibuan / Jurnalis, Seniman, Aktivis Sosial, atau yang lebih dikenal Dpr Jalanan.