WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Petani asal Panyabungan ll, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Azwar Pulungan mengembangkan Runding FARM (kebun buah terintegrasi) agrowisata kelengkeng dengan sistem melihat langsung petik di tempat. Kebun yang dikelolanya ternyata belakangan ini viral dan menarik banyak minat wisatawan.
“Saya sudah 9 tahun membuka dan mengolah lahan disini, sebagian lahan saya tanami kelengkeng dan ternyata setelah berbuah bisa menghasilkan ‘hepeng’ (uang), “ujar Azwar Pulungan saat ditemui Wartamandailing, Sabtu (18/5/2024).
Diceritakan Azwar Pulungan, lahan yang digarapnya di Desa Runding, Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal itu sebelumnya sudah ragam macam tanaman buah ditanami diatas lahan sekitar 10 hektare tersebut. Belakangan Azwar berpikir dan akhirnya mulai menanam kelengkeng pada tahun 2021 dengan jumlah 350 pohon di lahan seluas 2000 m2.
“Di lahan ini sebelumnya saya tanam pepaya, tapi ketika mulai panen buahnya rusak akibat terkena virus penyakit. Akhirnya saya kepikiran untuk menggantinya dengan menanam pohon kelengkeng, “ucapnya.
“Untuk jenis kelengkeng yang ditanam itu kelengkeng kristal atau varietas new crystal dari Thailand, “lanjut Azwar.
Menurutnya, budidaya kelengkeng ini bukan hal yang gampang, karena sulit untuk membuat pohon kelengkeng bisa berbuah lebat. Awalnya, Azwar berkenalan dengan penggiat kebun di daerah kendal, Jawa Tengah. Teman kita itu menyarankan untuk bibit dan penanaman kelengkeng yang baik.
“Kebutuhan air dan pupuk harus dikontrol dengan baik, dan Alhamdulillah kenyataannya tanaman ini bisa tumbuh bagus dan berbuah lebat, “katanya.
Berbekal hal tersebut, setelah jalan tiga tahun ditanami dia mengaku sudah mampu panen 2 kali. Untuk panen ke 2 pada Desember 2023 hingga kini sudah panen 2,5 ton. Satu batang pohon itu rata-rata setiap batang mampu berproduksi 30 kilo sampai 40 kilogram.
Bahkan, pada panen tahun ini ada beberapa pohon bisa berbuah hingga mencapai 45 kilogram per batangnya. Kendati demikian, dia menyebut masih ada puluhan batang yang belum berbuah.
“Dari 350 batang pohon kelengkeng masih ada puluhan batang yang belum berbuah, yang lain sudah dinikmati hasilnya, seperti cerita kita tadi, tanam lengkeng sudah berbuah jadi ‘hepeng’. “ucapnya.
Meski lokasi agrowisata ini belum siap sepenuhnya dibuka untuk umum, terbukti sejak awal kita tidak ada publikasikan dan pasarkan kebun kelengkeng. Ternyata akibat postingan di Facebook oleh sejumlah rekan pengunjung, hal itu sangat berdampak pada banyaknya tamu yang ingin melihat kebun lengkeng miliknya.
“Saat ini banyak orang yang datang ke sini untuk melihat dan beli kelengkeng, sejumlah pengunjung minta untuk petik sendiri tapi itu tidak kita perbolehkan karena bisa merusak tanaman, asal musim panen, setiap hari selalu ada tersedia kelengkeng yang sudah dipetik di lopo kobun, untuk harga jual di kebun Rp 35 ribu per kilogram, “ujar Azwar.
Azwar Pulungan menjelaskan, kebun yang dikelolanya belum berjalan sesuai dengan impiannya, yakni warga sekitar ikut mendulang rezeki dari wisatawan yang berkunjung ke Desa Runding. Dia juga berencana untuk terus mengembangkan lagi ragam macam buah di kebun miliknya.
“Ya sekarang ini banyak wisatawan yang datang berkunjung mulai dari Madina, Tapsel dan bahkan ada dari kota Medan beli kelengkeng langsung ke kebun kita, “ujar pemilik agrowisata ini.
Salah satu pengunjung berswafo di agrowisata kebun kelengkeng Desa Runding, fhoto : Wartamandailing.
Sementara salah satu pengunjung Riska Fadilah mengatakan, untuk kebun kelengkeng yang dikelola ini cukup menjanjikan sebagai bisnis agrowisata, apalagi di lokasi ini dilengkapi dengan banyaknya varian buah-buahan, selain itu aksesnya juga tidak begitu sulit kesini.
“Kita sengaja berkunjung kesini bersama keluarga karena penasaran dengan adanya postingan di Facebook ada kebun kelengkeng di Mandailing Natal berbuah lebat dan sudah bisa panen, ini mantap, “ujar Riska. (Has)