Oleh: Gea Ivanka Br Ginting
WARTAMANDAILING.COM – Remaja adalah perubahan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang mengakibatkan perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi dan kehidupan sosial.
Dalam proses perkembangan remaja, sangat dibutuhkan peran komunikasi antara orang tua dengan anak. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari satu orang atau lebih kepada orang lain, sehingga pesan tersebut dapat dipahami. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal (kata-kata) atau nonverbal (gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh).
Proses komunikasi berlangsung dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam lapisan masyarakat dan lapisan keluarga. Perkembangan masa remaja adalah masa yang paling sulit, dimana yang dibutuhkan adalah penyesuaian diri sosial.
Remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan kelompok dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Dan di sini juga sangat dibutuhkan peran orang tua dalam pembentukan remaja. Anak yang kurang komunikasi dengan orang tua sering sulit untuk mengekspresikan emosinya sehingga anak akan berperilaku negatif. Salah satu contohnya yaitu melakukan bullying terhadap orang lain.
Bullying adalah tindakan kekerasan atau penindasan yang dilakukan secara fisik atau psikis terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah. Bullying dapat dilakukan secara berulang, disengaja, dan bertujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mendominasi orang lain. Perilaku bullying sering ditemukan di berbagai situasi sosial, yang kerap pelakunya adalah remaja.
Faktor faktor yang menjadi penyebab terjadinya bullying yaitu keluarga, teman sebaya, media sosial, dan pengalaman remaja itu sendiri yang menjadi korban bullying.
Di sini penulis akan memaparkan secara lebih jelas faktor faktor yang menjadi penyebab terjadinya bullying tersebut.Faktor yang paling utama yaitu orang tua. Salah satu faktor remaja melakukan bullying yaitu karena pola asuh orang tua yang kurang baik.
Jika anak sering melihat terjadi konflik di keluarga, maka anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik tersebut, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Banyak anak yang mencontoh segala perilaku yang dilakukan orang tuanya.
Semua yang dilakukan oleh orang tua yang dilihat oleh anak bisa saja diaplikasikannya sekalipun itu perilaku yang kurang baik. Contohnya jika ada orang tua yang sering melakukan kekerasan di dalam rumah tangga dan kepada orang lain.
Contoh lain yaitu jika orang tua sering mengeluarkan kata kata yang kasar, jorok, tidak senonoh (umpatan) terhadap anak, anak sangat memungkinkan anak tersebut akan mengeluarkan kata kata itu juga kepada orang lain.
Kurangnya pengawasan dari orang tua juga dapat menyebabkan anak melakukan bullying. Orangtua yang sering mengabaikan anaknya akan menyebabkan dirinya tidak mempunyai aturan dan panduan akan semua hal.
Kurangnya perhatian dari orang tua dapat membuat anak berkeinginan mendapatkan berbagai hal dengan cara menjadi anak pelaku bully.Kedua, teman sebaya. Lingkungan teman sebaya memiliki pengaruh dominan terhadap perkembangan kepribadian remaja.
Dalam lingkungan remaja sering sekali terdapat kelompok kelompok pertemanan atau yang sering disebut dengan sircle. Dalam kelompok itu biasanya terdapat remaja remaja yang memiliki karakter yang sama. Dari sircle ini bisa menjadi pemicu adanya bullying.
Misalnya, terdapat seorang anak yang tidak memiliki sircle di dalam lingkungan remaja itu, maka sangat mungkin bagi remaja yang memiliki sircle itu untuk mem-bully anak tersebut.
Salah satu hal yang menjadi pemicunya yaitu remaja yang berkelompok tersebut merasa dirinya lebih berkuasa dibandingkan dengan anak yang tidak punya teman tersebut. Selain dari orang tua dan teman sebaya, yang ketiga adalah dari media sosial.
Pada zaman sekarang, kita dapat mencari apa saja di media sosial sehingga banyak remaja yang terpengaruh atas hal hal yang negatif. Namun, hal ini juga akibat dari kurangnya pengawasan dari orang tua sehingga remaja mudah mengakses apa saja yang ingin mereka lihat di media sosial.
Contohnya, seorang anak yang menonton video perundungan di media sosial secara berulang maka hal ini dapat menjadi pemicu untuk mereka melakukan hal yang serupa dengan yang mereka tonton kepada orang lain.
Terakhir, yaitu dari pengalaman anak yang pernah menjadi korban bully. Seorang anak yang pernah menjadi korban perundungan bisa saja berubah dan dapat kembali mem-bully orang lain. Mereka yang sudah pernah menjadi korban bullying bisa saja ingin balas dendam dan mem-bully orang lain agar orang lain dapat merasakan apa yang sudah pernah ia rasakan.
Menurut saya yang sangat berperan penting agar anak tidak melakukan bullying yaitu orang tua, karena pada masa remaja anak sangat mudah terpengaruh atas lingkungan bermain dan pertemanan sehingga sangat dibutuhkan orang tua untuk mengawasi dan membimbing anak agar berada dalam pertemanan yang baik.
Berikut adalah beberapa tips untuk orang tua agar anak tidak melakukan bullying:
Pertama, orang tua memberikan perlakuan yang baik terhadap anak, yaitu jangan berbuat kasar di depan anak dan jangan melakukan hal yang kasar terhadap anak. Contohnya yaitu jangan memukul dengan sesuka hati karena itu dapat membuat mental anak menjadi rusak.
Kedua, perbanyak berkomunikasi dengan anak. Pada saat masa remaja, anak sangat membutuhkan perhatian dari orang tua. Tuntunlah anak agar berada pada pertemanan yang sehat.
Ketiga, jika anak ingin bercerita para orang tua dapat menjadi tempat anak untuk bercerita karena bisa saja mereka membutuhkan tempat untuk bercerita dan mendapatkan solusi sehingga mereka merasa di hargai dan di sayangi maka mereka tidak akan melakukan bullying terhadap orang lain.
Keempat, mengajarkan anak untuk mengembangkan rasa empati. Jika anak memiliki rasa empati yang tinggi, tentu ia tidak akan menyakiti orang lain, terutama temannya. Orang tua bisa mengembangkan empati anak dengan berbagai cara, seperti mengajarkannya untuk berdonasi kepada korban bencana atau memelihara hewan peliharaan.
Orang tua juga bisa membantu membangun kegiatan di luar sekolah dengan anak-anak yang lainnya agar ia lebih mengembangkan rasa persahabatan dengan anak-anak lainnya.
Dari ke empat tips ini, penulis sangat menekankan agar orang tua memperbanyak komunikasi dengan anak karena itulah hal yang paling utama agar anak terhindar dari perbuatan bullying.
Namun,perlu juga diketahui bagaimana menghadapi remaja yang menjadi korban bullying. Seperti yang kita ketahui, korban bullying bisa saja mengalami masalah mental, seperti depresi, cemas, rendah diri, bahkan ada yang melakukan percobaan bunuh diri.
Berikut adalah tips bagi orang tua dalam membangun kembali mental remaja yang menjadi korban bullying:
Pertama, ajarkan anak untuk membela diri. Maksud penulis di sini yaitu ketika anak di bully dia tidak diam saja tetapi berani untuk menghindar dari si pelaku.
Kedua, menjadi teman untuk anak. Hal tersebut dilakukan agar anak tidak merasa sendiri sehingga dia akan menjadi lebih terbuka, maka mentalnya akan pulih.
Ketiga, orang tua harus mendukung segala hal yang dilakukan oleh anak jika itu masih yang positif dan yang dapat membangkitkan semangat anak.
Kesimpulan yang dapat dipaparkan yaitu orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan anak, orang tua juga harus meluangkan waktu untuk anak, serta orang tua harus mengajarkan hal yang baik untuk anak agar mereka dapat menjadi remaja yang baik.