WARTAMANDAILING.COM, Tapanuli Selatan – Riski Abadi Rambe, Ketua NNB Tapsel, menyampaikan duka mendalam atas bencana hidrometeorologi yang melanda Tabagsel. Banjir bandang dan longsor telah menyebabkan dampak yang sangat besar.
Data update BPBD Provinsi, Rabu (26/11/ 2025), sebanyak 13 korban meninggal dunia, 37 luka-luka, 3 hilang, 3000 KK mengungsi, dan 12 ribu rumah rusak.
Riski mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu memberikan bantuan moril dan materi bagi para korban. Namun, ia menyayangkan adanya oknum NGO yang justru memanfaatkan situasi ini untuk menyoroti DAS Batang Toru dan menyalahkan PT. Agincourt Resources.
“Ini menimbulkan tanda tanya besar. Apakah tujuan mereka adalah menggiring opini publik untuk menyalahkan perusahaan tambang emas Batang Toru?” tanya Riski. Ia menekankan bahwa banyak karyawan perusahaan tersebut juga menjadi korban bencana.
Riski menegaskan pentingnya mengkaji bencana ini dari hulu ke hilir. PT. Agincourt Resources berada di hilir, sementara di hulu masih ada perusahaan lain yang perlu dievaluasi dampak lingkungannya, termasuk praktik ilegal logging.
“Kawasan Ekosistem Batang Toru berasal dari Tapanuli Utara, di mana ada Toba Pulp Lestari (TPL) dan PLTA Batang Toru. Banjir bandang membawa puing-puing kayu yang terlihat di PLTA Batang Toru, Jembatan Trikora, hingga Jembatan Garoga,” ungkapnya.
Riski mengajak semua pihak untuk melakukan kajian yang positif, membangun, berdasarkan data dan logika. Ia menilai tidak masuk akal jika hanya menyalahkan perusahaan yang berada di hilir, sementara aktivitas di hulu juga perlu dievaluasi.
Saat ini, masyarakat dan stakeholder sedang berjuang melakukan evakuasi dan memberikan bantuan. Riski dengan tegas meminta oknum NGO untuk berhenti menyebarkan informasi tanpa fakta yang menyesatkan.
“Mari duduk bersama, libatkan semua elemen untuk mencari fakta penyebab bencana. Jika kedatangan oknum NGO hanya untuk menyalahkan, lebih baik angkat kaki dari Tapsel!” tegasnya. (Nas/r)


