Bayi Dengar Letusan Kembang Api, Berbahayakah Bagi Telinganya?

WARTAMANDAILING.COM, – Kembang api dan tahun baru memang menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bagaimana tidak, suara letusan dan percikan kembang api telah menjadi tanda tahun telah berganti. Namuni hati-hati, jika ini adalah kali pertama Anda membawa seorang bayi melihat kembang api. Letusannya bisa buat telinganya jadi mengalami masalah.

Hal ini pun dibenarkan oleh dr. Seruni Mentari Putri dari KlikDokter. Dirinya mengatakan bahwa Noise-Induced Hearing Loss atau gangguan pendengaran akibat suara yang bising bisa menimpa siapa saja, termasuk bayi.

“Penyebabnya adalah bila telinga bayi terpapar suara yang terlalu kencang dalam periode waktu terus-menerus. Suara yang melebihi batas normal (di atas 85 desibel), seperti suara ledakan, tembakan, letusan, pesawat atau musik yang keras bisa membahayakan pendengaran khususnya bayi,” ujar dr. Seruni.

Suara-suara keras ini bisa merusak sel-sel rambut telinga bayi bagian dalam dan saraf pendengarannya. Kondisi ini disebut dengan tuli saraf atau pendengaran sensorineural.

Bila ini terjadi pada anak, maka bukan tidak mungkin bayi mengalami tuli dalam jangka waktu yang lama maupun permanen.

Jika Anda tetap ingin mengajak bayi melihat kembang api, pastikan Anda memakaikan earmuffs atau penutup telinga yang bisa melindunginya dari suara bising.

“Pilihlah earmuffs dengan kualitas yang bagus agar bisa menyaring suara yang masuk ke dalam kuping anak. Selain itu, lihatlah kembang api dari dalam jendela rumah agar suara yang masuk ke dalam kuping bayi pun juga tersaring dengan tembok rumah Anda,” jelas dr. Seruni.

Read More

Suara letusan kembang api sangat mudah memecahkan gendang telinga bayi. Orang tua harus mencurigai adanya kesalahan pada pendengaran bayi. Misalnya, bayi tidak merespon atau menengok ketika Anda memanggil namanya. Bila itu yang terjadi, segera bawa ke dokter THT untuk mendapatkan pemeriksaan.

Jika memang terdapat kerusakan pada gendang telinga, maka kondisi ini umumnya akan membaik sendiri seiring berjalannya waktu.

Akan tetapi jika kerusakan yang dialami oleh bayi sudah parah, bahkan sampai memecahkan gendang telinga yang dimiliki bayi, maka kerusakan ini akan permanen dan tidak bisa disembuhkan.

Selain mengganggu kesehatan pendengaran  bayi, mengajak bayi menonton kembang api juga bisa meningkatkan risiko sesak napas.

Hal ini dikarenakan, kembang api yang terbakar akan menghasilkan polutan udara, seperti sulfur dioksida (SO2), karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan beberapa bahan garam logam seperti aluminium, mangan, dan kadmium.

Menurut dr. Adeline Jaclyn dari KlikDokter, senyawa-senyawa tersebut dapat mencemari udara. Selain itu bisa meningkatkan angka kejadian penyakit batuk kronis, sesak napas sampai terjadinya asma, paru-paru obstruksi kronis, infeksi saluran napas, dan kanker paru-paru.

Luka bakar pun juga bisa menimpa bayi, apabila kulitnya terkena percikan kembang api. Oleh sebab itu, orang tua harus berhati-hati ketika membawa si kecil melihat atraksi kembang api.

“Model kembang api sangat bervariasi, dari yang bisa digantung sampai dipegang oleh tangan serta dapat diarahkan ke tempat yang diinginkan. Namun, keberagaman variasi kembang api ini dapat menjadi pisau bermata dua, terutama pada kembang api yang dipegang oleh tangan,” ujar dr. Adeline Jaclyn.

Percikan bunga api dari kembang api bisa melukai siapapun yang memegang kembang api tersebut. Bisa juga mengenai orang sekitar yang berada dekat dengan percikan bunga api.

Karena itu, hindari orang yang sedang bermain kembang api, agar bayi tidak ikut jadi korban.

Melihat fakta yang tertera di atas, bermain kembang api tidak sepenuhnya aman, apalagi jika ada bayi di sekitarnya. Karena itu, taatilah aturan main kembang api yang benar agar risiko-risiko disebutkan tadi bisa dihindari, khususnya oleh bayi.(bs/klikdokter)