WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Pandemi Covid-19 telah menghantam hampir semua sendi kehidupan di masyarakat, baik secara psikis maupun perekonomian.
Akibat ditinggal cerai suaminya, seorang istri menjadi tulang punggung bagi keluarga, maka kehidupan seorang istri dipastikan seketika itu berubah 180 derajat.
Nur Maidah (23), warga Desa Huta Baringin, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang kini berstatus janda mengaku, ia ditinggal suami sekitar satu tahun yang lalu. Sejak ditinggal cerai suami, dirinya menjadi tulang punggung dalam keluarga.
“Sejak dia (suami) pergi meninggalkan kami, aku menjadi tulang punggung bagi keluarga kecilku, meski dengan kondisi fisik seperti ini saya harus terus berjuang,” ujar Nur Maidah kepada awak media, Selasa (17/5/2022).
Nur Maidah yang mengidap penyakit gangguan pertumbuhan tulang dengan tubuh kerdil dan tidak profersional (Anchondroplasia) itu juga mengatakan, untuk menutupi kebutuhan hidup ia mengaku kini menjadi tukang urut pesanan dari warga desanya sendiri.
“Mau tidak mau profesi tukang urut harus dijalani demi menutupi kebutuhan hidup saya dengan anak perempuan saya satu satunya,”ucapnya.
Nur mengaku, sama sekali tidak menyangka akan ditinggalkan suami begitu cepat. Selama ini ia hanya menjadi ibu rumah tangga murni, suami yang bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Awalnya memang berat saat suami pergi meninggalkan kami, apalagi selama ini memang saya mengandalkan suami untuk biaya hidup,” tuturnya.
Nur Maidah bersama putrinya tinggal di rumah kontrakan berdinding papan dengan ukuran sekitar 2×3 meter, dirumah yang tidak ada listrik. Meski begitu, sejauh ini dirinya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Jangankan mendapat bantuan PKH, KIS dan BST, didatangi petugas pendataan saja kami tidak pernah,” imbuhnya lagi.
Amatan wartawan, Nur Maidah saat ini tinggal di rumah kontrakan yang tidak layak huni bersama putri semata wayangnya. Meski mereka hidup dengan keterbatasan, mereka tidak pernah berharap penuh kepada siapapun untuk dibantu.
“Kalau memang kami tidak tepat untuk penerima bantuan pemerintah, tidak mengapa, karena saya masih yakin dengan rezeki yang telah digariskan,” tutupnya. (Syahren)