WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Kemiskinan masih terus menghantui kehidupan warga indonesia hingga saat ini, kemerdekaan yang dicita-citakan para pendiri bangsa untuk menyejahterakan rakyat Indonesia, sepertinya hingga kini belum dapat terealisasi.
Alhasil, masih bisa kita temui rakyat di republik ini yang kondisi kehidupannya masih ‘mengenaskan’, salah satunya dialami Ishar Lubis (33) warga Desa Hutabaringin, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Ishar hidup sebatangkara, tak punya rumah tempat tinggal, jalan hidup terlunta lunta tanpa sanak saudara.
Ironisnya lagi, selama hidupnya ia tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah desa (Pemdes) dan juga Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.
Edi, salah satu warga mengatakan Ishar lubis masuk kategori dari kalangan warga yang sangat miskin di desanya.
“Dia hidup sebatangkara, tanpa sanak saudara dan tak punya rumah tempat tinggal, makan dari belas kasihan warga sekitar, “ujarnya kepada awak media Sabtu (9/7/2022).
Menurutnya, tidak mungkin pemerintah desa tidak tau dengan kondisi kehidupan warganya yang lahir dan besar di wilayahnya sendiri, hidup sebatangkara setiap hari keluyuran di desa.
“Pemerintah desa seolah lalai dan tutup mata terhadap warganya sendiri, hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan ini,” ucapnya.
Dijelaskan, Ishar lubis tidak memiliki pekerjaan tetap, tiap hari keluyuran kesana kemari, makan dari belas kasihan warga dan tidur di emperan warung kopi.
“Kadang ada warga setempat yang mengajaknya kerja, makan tak menentu dan tidur sering di warung kopi,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Darto, bahwa aparat pemerintahan desa telah lalai terhadap warganya yang sangat membutuhkan perhatian. Padahal jelas, di dalam UU 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin, menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten (Pemkab) untuk penanganannya.
“Kemanakah hati nurani para aparat desa dan pejabat yang membidangi, anggaran di kabupaten ini banyak, lari kemana anggaran penanganan kemiskinan itu,” sebut Darto.
Perlu diketahui, Ishar lubis tinggal di kecamatan siabu, yang notabenanya masuk dalam wilayah lingkar tambang PT Sorik Mas Mining. Bagi Ishar hidup terkatung katung bukanlah pilihannya.
“Kemiskinan yang memaksanya harus hidup sebatangkara, makan dari belas kasihan warga dan tidur berbantalkan tangan tanpa tikar dan dan selimut di pondok areal desa dan warung kopi setempat.
Awak media ini mengkonfirmasi Kepala Desa Hutabaringin, terkait kondisi warganya yang hidup sebatangkara. Pesan lewat aplikasi whatsappnya belum mendapat jawaban hingga berita ini ditayangkan. (Syahren)