Kisah Ikhsan Puluhan Tahun Penyadap Gula Aren Tradisional dari Desa Sipaga paga

Al Ikhsan Nasution Sang Penyadap Gula Aren Tradisional Dari Desa Sipaga paga, fhoto : Syahren.
Al Ikhsan Nasution Sang Penyadap Gula Aren Tradisional Dari Desa Sipaga paga, fhoto : Syahren.

WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Jika mencari gula aren yang asli dan murni, di Kabupaten Mandailing Natal ada pembuatnya, dia adalah Al Ikhsan Nasution (37) warga Desa Sipaga paga, Kecamatan Panyabungan, sejak kecil hingga kini, ayah tiga anak ini sudah puluhan tahun memproduksi gula aren secara tradisional.

Ikhsan setiap hari memproduksi gula aren, tidak banyak, hanya lima hingga enam keping gula aren sebesar cetakan lingkaran tempurung kelapa, itupun tergantung banyak atau tidaknya tetesan air nira yang berhasil dikumpul dari lima pohon enau yang disadap miliknya.

“Membuat gula aren sudah puluhan tahun, jauh sebelum menikah, dulu masih seumuran SMP sudah mulai menyadap nira.”katanya kepada wartawan, Sabtu (11/2/2023).

Untuk memproduksi gula aren, proses yang harus dilalui Ikhsan tak seindah yang dibayangkan atau semanis gula yang diproduksinya, perlu perjuangan dan liku-liku yang panjang hingga gula aren siap dinikmati, baik untuk peneman kopi pahit ataupun sebagai bahan tambahan masakan kue.

Proses dimulai dari menyadap nira dari pohon enau, Setiap pagi dan sore hari, Ikhsan harus keluar masuk hutan untuk menyadap dan mengambil nira. Pohon enau milik Ikhsan tumbuh di kawasan hutan Desa Sipaga-Paga, lokasinya cukup jauh dari rumah tempat tinggalnya.

Ikhsan dengan kaki telanjang berjalan kaki saat mengambil nira, sambil memikul lima hingga enam perian (taguk) dari bambu, Ikhsan berjalan menyusuri jalan setapak yang kadang licin karena hujan.

“Pagi di pasang, sorenya di ambil, begitu seterusnya setiap hari.”katanya.

Read More

Setibanya di lokasi pohon enau tumbuh, Ikhsan kemudian memanjat dengan mengandalkan tangga dari bambu, meskipun sudah berumur, jari jari kaki Ikhsan masih terlalu kuat di titian tangga yang hanya berupa lubang-lubang seukuran bola kasti.

Tetesan air nira sudah terkumpul dalam perian, kemudian dia turunkan, diganti perian baru yang masih kosong, tidak lupa, Ikhsan juga membersihkan tandan pohon enau, sumber air nira menetes. Agar tandan itu tidak dikerubuti semut atau serangga lainnya.

Selesai menyadap air nira, Ikhsan bergegas pulang, kembali menyusuri jalan setapak dengan sepikul perian berisi nira hasil sadapan.

Sesampainya di rumah, istrinya Otnida, lantas mulai memproses pembuatan gula aren. Air nira segera diolah, jika terlalu lama disimpan, nira akan berasa asam, tidak manis lagi, dan akan mempengaruhi kualitas gula aren.

“Sebenarnya air nira yang sudah dipanen bisa disimpan dalam kulkas, tapi saya memilih untuk langsung dimasak.”ujar ayah tiga anak ini.

Nira hasil sadapan setelah disaring, kemudian dituangkan dalam kuali. Lalu dimasak diatas tungku kayu dengan api sedang dan sesekali diaduk. Proses memasak membutuhkan waktu tidak sebentar, Nira yang telah mencapai tingkat kekentalan tertentu, kemudian diangkat untuk dicetak dalam lingkaran bambu diatas papan.

“Untuk kering, lama, dituangkan hari ini, bisa dari sore hingga esok pagi proses pengerasan nya.”jelasnya.

Gula aren yang dituangkan dan sudah mengeras, kemudian di angin-anginkan, lalu dibungkus dengan kulit batang pisang yang kering dan disimpan dalam wadah tertutup.

Gula aren produksi Ikhsan bisa bertahan hinga berbulan-bulan, Ikhsan membuat gula aren secara alami, hanya air nira ditambah secang, Mandailing (Aramambu) yang dimasak kemudian menjadi gula aren.

“Ditambah sari kayu secang agar gula berwarna kuning kemerahan, semuanya alami tanpa tambahan lainnya.”ujarnya.

Untuk Sehari dapat 5 kilo dalam sepekan Ikhsan bisa menghasilkan sebanyak 35 kilogram gula aren, Satu keping gula aren, Mandailing (Sagindar) dijual dengan harga belasan ribu rupiah, saat ini cukup murah, satu keping dijual Rp 14000 perkilo gramnya.

Selama memproduksi gula aren, Ikhsan juga tidak pernah kerepotan dalam memasarkan, para pelanggan (toke) sendiri yang datang ke rumah untuk membeli gula aren buatan Ikhsan.

“Yang membeli langsung datang ke rumah, saya tidak pernah jual ke pasar, mereka yang datang sendiri ke kampung kita.”kata Ikhsan pembuat gula aren tradisional ini.

(Syahren)