WARTAMANDAILING.COM,Mandailing Natal – Akibat Sungai Batang Natal hancur diduga akibat pertambangan emas di beberapa tempat hingga ke bantaran sungai, sejumlah nelayan miskin makin miskin, bahkan merana meratapi nasib karena hasil tangkapan ikan menurun drastis akhir-akhir ini.
“Terkadang, saat ini tak ada hasil tangkapan ikan. Kasihan masyarakat kami. Akibatnya, tak bisa memenuhi kebutuhan dasar hidup keluarga mereka dari sumber kehidupan melaut lagi.”ujar Agus Salim yang dikonfirmasi wartawan kamis, (16/3/2023) lewat telepon selulernya.
Berkaca dari sebelum Sungai Batang Natal hancur, kata Agus Salim, masih bisa mendapatkan hasil tangkapan ikan dengan penghasilan 2juta sekali melaut, awal tahun 2015 adanya aktivitas pertambangan di hulu sungai yang bermuara ke laut Natal, laut berubah warna kecoklatan akibat tercemar, sekarang melaut balik modal bensin saja susah.
Dijelaskannya, sejumlah nelayan dan keluarga nelayan makin kesusahan, satu mil dari bibir pantai sulit mendapatkan ikan, nelayan pinggir pantai merana, akibat limbah pertambangan emas dari bantaran sungai ke laut, dampaknya habitat ikan rusak dan ikan lari ke tegah laut, penghasilan nelayan pun menurun drastis.
Nelayan lainnya, Ifandi,mengungkapkan,
berharap pemerintah daerah dan instansi terkait harus bisa mencegah perusakan Sungai Batang Natal yang diduga akibat pertambangan emas penghasilan nelayan terjun bebas.
“Seharusnya, kami para nelayan pantai barat, dibantu dengan upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan atau upaya lain mendongkrak penghasilan keluarga nelayan. Ini malah perusakan Sungai Batang Natal sepertinya terang-terangan, seolah-olah tutup mata dengan persoalan yang berdampak pada kami.”ujarnya.
sebelumnya, diduga akibat pertambangan emas, mengakibatkan Sungai Batang Natal rusak berantakan, dampak ke hilir laut tercemar dan mengancam biota laut dan kemaslahatan masyarakat pesisir.
Investigasi dilakukan wartawan di sejumlah kawasan Pantai Barat Madina, terlihat Sungai Batang Natal mencengangkan, mengejutkan, sekaligus menyedihkan.
Dari bantaran Sungai Batang Natal terlihat air sungai sangat keruh mulai dari Muarasoma sampai ke laut Natal. Masyarakat di kawasan bantaran Sungai Batang Natal mengalami krisis air minum mandi dan cuci.
Sedangkan nelayan di sekitar Laut Natal, mengeluh turunnya hasil tangkapan ikan, bahkan sebagian dilaporkan hanya bisa gigit jari dengan kondisi tersebut.
Terlihat, aktivitas pertambangan emas di Sungai Batang Natal memakai mesin dompeng yang tidak beraturan di sejumlah pinggir sungai melakukan aktivitas pertambangan bahkan memakai alat berat.
Aktivis lingkungan, Dewi Budiati Teruna Jasa Said, terpana melihat kondisi Sungai Batang Natal yang dipertontonkan sangat menyedihkan.
“Ya Allah, sungai ini dirusak akibat pertambangan tak memikirkan hajat hidup orang banyak. Kemaslahatan masyarakat sedang dalam ancaman. Kita minta instansi terkait segera bertindak,” ujar Dewi Budiati.
(Syahren)