WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Guru honorer di salah satu SDN di Natal, Kab. Mandailing Natal, menyampaikan pengakuan dengan nada mirisnya kita mengabdi dengan tulus bertahun-tahun di sekolah ini, tulisannya seperti tangisan hati yang sudah tak bila lagi di bendung.
Persoalan ini mencuat di obrolan di grup Forum Anak Madina. Ya, dia guru multitalenta dan sangat berperan dalam mengukir prestasi di tingkat kecamatan dan kabupaten, bahkan sudah mengabdi 17 tahun mengabdi, nyatanya tidak lulus seleksi kompetensi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
“Saya sudah mengabdi 17 tahun, saya mengajar sejak 2007. Apa yang saya lakukan seperti tak dianggap. Sangat sedih, hampa rasanya.”ujar Syaripuddin, SPd.I, MM dengan suara hampir-hampir tak terdengar lewat telepon selulernya pribadinya kepada Warta Sabtu (29/4) malam.
Guru honorer SDN ini mengungkapkan, SD tempat dia mengajar sering juara 1 lomba di kabupaten dan dia melatihnya. Bahkan, perwakilan dari kecamatan ke kabupaten, dia juga yang dipercaya melatih dan membawa anak didik dan “alhamdulillah sering juara.”
“Banyak lomba, saya dipercaya untuk melatih. Bahkan, saya mulai dari 2007 sampai sekarang sebagai MC acara-acara nasional dan bahkan pelatih tari adat Natal yang sering ditampilkan di kabupaten bahkan ke tingkat provinsi Sumatra utara.”katanya.
Bahkan, kendati dia mengajar bidang studi Agama Islam, tapi dia benar-benar multitalenta. Dia guru serba bisa. Tak perlu heran, kalau di Kec. Natal banyak yang tahu apa yang sudah dia perbuat untuk pendidikan di sana.
“Tapi, ternyata semuanya hampa. Seperti tidak ada penghargaan samasekali,” ujar Syaripudin dengan suara bergetar.
Guru honorer SDN yang menyelesaikan S2 di Sumatera Barat ini (2021), mengungkapkan, dia merasa sangat terpukul. Syaripudin pernah berniat mengadu kepada Bupati Madina, Gubsu, Menteri Pendidikan atau Presiden RI.
Dia juga sudah pernah berniat berhenti mengajar. “Bahkan, sudah pernah saya sampaikan langsung kepada kepala sekolah untuk berhenti. Kepala sekolah tidak memberi. Karena, kata kepsek, siapa lagi yang mengurus dan melatih anak-anak kita. Jadi, yang lain ngapain?,” ujarnya.
Syaripudin mengaku tak ingat persis
berapa kali mereka juara 1 pildacil dari Kec. Natal dan juga busana muslim. Dan dia pelatihnya. Begitu juga lomba yang lain, baik puisi, pidato, dan tari tradisional dll.
Dia mengungkapkan, prestasi diukir sudah banyak. Syaripudin pelatih pildacil, drumband, puisi, pidato, busana muslim, pelatih kesenian, tari selendang dan tari salapan yang paling terkenal dari wilayah pantai barat itu, berkali kali mereka mendapat juara di kabupaten.
Bahkan, lanjut dia, MAN Natal yang barusan tampil di Madina lomba busana muslim di STAIN. “Saya yang melatih. Putra dan putri juara satu karena mereka dari SD, berangkat dari kesadaran diri dan kecintaan terhadap seni dan budaya daerah, saya latih mereka sampai sekarang tingkat SLTA,” katanya.
Ditanya, yang lulus masuk P3K masa kerjanya berapa tahun? “Saya tak tahu persis berapa tahun, tapi yang pasti banyak masuk P3K justru di bawah masa kerja saya, jangan tanya soal prestasi yang mereka raih selama ini, jauh panggang dari api.” ujar Syaripudin, SPd.I, MM.
Terpisah, kepala sekolah ketika dikonfirmasi menyangkut Syaripudin kenapa tidak lolos di P3K di sekolah yang dipimpinnya. Kepala Sekolah SDN 357 Natal Dewi, S. Pd yang di konfirmasi lewat tulisan WhatsApp, hingga berita ini diterbitkan belum dapat memberikan keterangan. (Syahren)