WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Dalam perhelatan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Desa Aek Nabara, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal telah menghasilkan Kepala Desa dengan wajah yang baru.
Diketahui, pemilihan kepala desa (Pilkades) Aek Nabara berjalan sukses, dari dua calon kepala desa (Cakades) yang maju, hasilnya Masniari kalah suara dari Sarmadi Hasibuan yang unggul (19) suara pada pemilihan kepala desa serentak tahun 2023.
Namun, yang menjadi pertanyaan utama, bagi kades terpilih ini, apakah dirinya mampu menjalankan amanahnya sebagai pemimpin untuk memajukan desa dari keterasingan yang sudah lama berlalu.
“Iya menang meraih suara terbanyak di pemilihan kepala desa yang digelar pada senin kemarin, namun kini yang menjadi pertanyaan, apakah saya mampu membangun Desa Aek Nabara yang terbilang sudah puluhan tahun terisolir, ini tantangan nyata bagi saya, “ujar Sarmadi Hasibuan kades terpilih Aek Nabara, Rabu (23/8/2023).
Meskipun kita tahu, pemerintah pusat memberikan anggaran yang begitu besar bagi desa, nilainya mencapai miliaran rupiah, tak sekedar anggaran saja, menjadi seorang kades di pedalaman juga mesti mampu menghadapi kondisi sosial masyarakatnya.
Tidak mudah membangun Desa Aek Nabara meskipun ada anggaran Dana Desa, soalnya desa ini jauh di pedalaman, kampung tersembunyi terletak di lereng bukit barisan yang berbatasan langsung dengan padang lawas, medannya sangat sulit dijangkau, jarak Dari Desa Pagur-Aek Nabara mencapai sekitar 35 Kilometer, aksesnya Nauzubillah.
“Dengan jarak tempuh seperti ini, sulit rasanya membangun kampung apalagi hanya mengandalkan dana desa, disamping jalan, pasilitas kesehatan dan pendidikan juga belum ada, akibat itu banyak warga kami yang buta huruf, “ujarnya.
Lanjut, kata Sarmadi, nanti setelah dilantik menjadi kepala desa Aek Nabara, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menjalin koordinasi dengan pemerintah kecamatan dan kabupaten, kondisi ketertinggalan desa ini akan disampaikan ke pemerintah dan warga butuh diperhatikan.
“Setiap menjual hasil kebun dan belanja keperluan ke pasar gunung baringin, rela tidak rela kami harus terus berjalan sejauh 35 KM dengan waktu tempuh 12 jam berjalan kaki, perih perjuangan hidup warga kami, jadi mohon diperhatikan, “harapnya. (Has)