Konflik Harimau Versus Manusia di Kotanopan Terus Berulang Instansi Terkait Harus Berbuat

Seekor sapi ditemukan penuh luka di areal perkebunan karet di Dusun Sitaul-taul Desa Singengu Jae Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal, diduga diterkam binatang buas yang diperkirakan seekor harimau beberapa bulan lalu atau pada Jum’at ( 26/07/2024) lalu. Dok : Wartamandailing/ Munir Lubis.
Seekor sapi ditemukan penuh luka di areal perkebunan karet di Dusun Sitaul-taul Desa Singengu Jae Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal, diduga diterkam binatang buas yang diperkirakan seekor harimau beberapa bulan lalu atau pada Jum’at ( 26/07/2024) lalu. Dok : Wartamandailing/ Munir Lubis.

WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Konflik Harimau dengan warga di wilayah Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, sepertinya tak kunjung usai. Konflik yang berkepanjangan ini dalam beberapa bulan terakhir terus menjadi perbincangan dan keresahan di tengah-tengah masyarakat sekitar.

Karena sudah hampir tiga tahun berjalan, Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sebagai lembaga yang berwenang diharapkan bisa berbuat untuk memberikan sosialisasi maupun edukasi kepada masyarakat.

Sebab dengan kemunculan ataupun berkeliarannya hewan buas itu, warga merasa tidak nyaman dan aman bahkan takut beraktifitas di lahan perkebunan maupun persawahan milik mereka.

Kiranya, jangan warga lebih banyak di salahkan dari pada mencari solusi untuk masalah tersebut. Ada ucapan yang sering di dengar warga, munculnya Harimau Sumatera di pemukiman warga akibat terganggunya habitat mereka.

Realitas yang ada, sederetan kejadian harimau sering terjadi di wilayah Kecamatan Kotanopan, mulai dari jejaknya banyak ditemukan di lahan warga, selalu menampakkan diri dan beberapa kali memangsa ternak peliharaan warga.

Informasi yang dihimpun, pada Jumat 28 Juli 2023 lalu, dua ekor sapi milik Somad warga Desa Gunungtua SM dimangsa harimau liar. Pada Selasa (05/12/2023), salah seorang warga Desa Sayurmaincat Ahmad Khoir Lubis (56), kembali melihat kemunculan seekor harimau berkeliaran diperkebunan milik warga.

Kemudian seekor ternak kambing milik warga Desa Simpang Tolang Julu, ditemukan mati diduga akibat diterkam Harimau Sumatera. Pada Juli 2024 malam binatang buas harimau itu menyambangi rumah warga di Desa Muarasiambak.

Read More

Pada Jumat (26/07/2024), seekor sapi ditemukan penuh luka di areal perkebunan karet di Dusun Sitaul-taul, Desa Singegu Jae diduga diterkam binatang buas yang perkiraan seekor harimau.

Kalau masalah konflik ini di sampaikan kepada BKSDA, mereka hanya sebatas turun ke lokasi dan terkadang memasang perangkap yang biayanya tidak sedikit. Tindakan nyata dan solusi bagaimana agar konflik ini tidak berlanjut sepertinya tidak ada.

Camat Kotanopan Agus Salim saat ditemui di kantornya, Jum,at (27/9/2024) mengatakan, menurut data yang ada, selama tiga tahun terakhir konflik harimau dengan warga sudah hampir puluhan kali terjadi. Mulai dari penemuan jejaknya, ada warga yang melihat secara utuh wujud atau binatang harimau sampai hewan yang di lindungi ini memangsa hewan ternak.

Bukan itu saja, di Desa Hutapungkut Julu dan Hutapungkut Tonga, siswa sekolah SD di kedua desa itu sempat pindah tempat belajar ke gedung Madrasah selama dua minggu karena harimau berada di hutan belakang sekolah. Artinya konflik ini sudah sangat merugikan warga, karena lokasinya sudah masuk dikawasan Areal Penggunaan Lain (APL).

Karenanya, Agus sangat berharap adanya tindakan pihak terkait terutama BKSDA, karena konflik sudah sering terjadi. Dengan keberadaan harimau yang sudah mendekati pemukiman masyarakat, agar institusi yang membidangi diharapkan untuk dapat memberikan semacam penjelasan maupun edukasi kepada masyarakat bagaimana keadaan ini bisa terjadi sekaligus jika menghadapi konflik langsung dengan harimau.

“Jadi kita berharap lembaga yang berwenang memberikan penjelasan tentang itu. Kalau memang penyebabnya rusak ekosistem, iya, mari kita tunjukkan data dan lokasinya di mana tempat rusaknya hutan tersebut dan apa solusinya. Jangan-jangan jumlah harimau saat ini tidak sebanding lagi dengan luas lahan yang harus mereka huni ,” ucap Agus Salim.

Artinya, lembaga terkait harus berbuat. Jangan ketika harimau mati, warga selalu di salahkan dan di hadapkan kepada hukum. Padahal, sebelumnya tidak ada sosialisasi, tidak ada tindakan nyata terhadap konflik ini. “Rakyat sudah susah, jangan lagi kita bebani dengan masalah -masalah yang mereka tidak tahu ,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini peran instansi terkait sangat di harapkan masyarakat. Jangan sibuknya setelah harimau ada yang mati, tapi sebelumnya tidak ada tindakan preventif. Artinya, perlu dukungan semua pihak dalam rangka upaya penyelamatan harimau serta menjaga kelestarian habitatnya serta menghindari terjadinya konflik antara manusia dan harimau.

Kenapa harimau selalu mendekati pemukiman masyarakat ataupun kebun-kebun yang digarap oleh masyarakat kita. Sehingga sangat diperlukan langkah ataupun solusi untuk duduk bersama mendiskusikan masalah ini. Maksudnya, perlu ada edukasi maupun penjelasan kepada masyarakat, kenapa ini bisa terjadi dan hal-hal apa yang perlu dilakukan sehingga mereka bisa menghindari konflik terhadap harimau di wilayah desa masing-masing.

“Ayo sama – sama bergerak, harimau kita lindungi begitu juga masyarakat yang hidupnya bergantung dari hasil perkebunan dan persawahan harus merasakan rasa aman dan nyaman saat beraktivitas di lahan mereka setiap harinya. Dengan demikian penanganan konflik manusia dengan harimau dapat tertangani dengan lebih baik kedepannya ,” tuturnya. (Munir Lubis).