Oleh : Rosmawati Agustina Sipakar
WARTAMANDAILING.COM – Uang adalah alat pertukaran yang diterima oleh masyarakat untuk mempermudah transaksi jual-beli barang dan jasa. Selain berfungsi secara praktis, uang juga memiliki dimensi filosofis dan simbolis yang melampaui nilai nominalnya. Uang umumnya dikaitkan dengan pengejaran harta benda, kemewahan, dan keamanan.
Meskipun aspek-aspek ini tidak dapat disangkal penting, hal itu hanya menyentuh permukaan dari signifikansi uang dalam kehidupan kita. Nilai uang jauh melampaui sekadar materialisme. Uang adalah alat yang dapat membuka pintu-pintu penting dalam hidup.
Karena dengan menggunakan uang kita dapat memenuhi aspek-aspek yang kemungkinan mempengaruhi keberlanjutan kehidupan. Uang membuat dunia berputar, sehingga tak sedikit orang yang mengatakan bahwa uang adalah segalanya.
Hal inilah yang membuat kita sering kali menuhankan uang dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang.
Mengapa demikian? Karena di lingkungan kita kekayaan sering kali digunakan sebagai indikator status sosial. Orang dengan banyak uang cenderung memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih eksklusif dan dihormati di masyarakat.
Status sosial yang tinggi akan mempengaruhi pandangan publik terhadap dirinya. Ketika orang akan sangat hormat padanya bahkan menyanjungnya. Akhirnya uang dijadikan alat untuk memperoleh kedudukan dan kehormatan yang dianggap sebagai faktor utama dari kebahagiaan setiap manusia.
Semua orang menganggap bahwa uang adalah kebahagiaan yang sejati. Ambisi akan duniawi yang begitu bergelora membuat manusia lupa akan prinsip kebaikan dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang yang banyak.
Sedangkan kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan seseorang yang ditandai dengan kecukupan, ketentraman, juga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan atau kegembiraan yang intens.
Ada beberapa faktor yang dapat membuat kita merasa bahagia yaitu hubungan sosial yang kuat dan berkualitas, lingkungan dan budaya, pola berpikir yang positif, kemampuan beradaptasi dengan situasi dan keadaan, serta uang yang cukup.
Uang bisa memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan, yang merupakan faktor penting untuk kebahagiaan.
Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar tercapai, tambahan uang tidak selalu berhubungan langsung dengan peningkatan kebahagiaan. Faktor-faktor seperti hubungan yang sehat, rasa tujuan, dan kepuasan pribadi lebih berperan dalam menciptakan kebahagiaan jangka panjang.
Secara sederhana, uang bisa membeli kenyamanan dan kebebasan dari stres finansial, tetapi kebahagiaan sejati sering kali datang dari pengalaman hidup, hubungan yang bermakna, dan pencapaian pribadi.
Terlalu ambisius dalam mengejar uang dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ambisi yang berkuasa berlebihan untuk mendapatkan uang sering kali mengarah pada tekanan mental dan fisik.
Kecemasan tentang pencapaian finansial, ketakutan akan kegagalan, dan ketidakpastian masa depan bisa menyebabkan stres yang berkepanjangan. Ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik, seperti gangguan tidur, peningkatan risiko depresi, dan gangguan kecemasan.
Fokus yang berlebihan pada uang sering kali mengabaikan pentingnya kesehatan. Bekerja terlalu keras, kurang tidur, dan mengabaikan pola makan yang sehat untuk mengejar keuntungan finansial dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti hipertensi, penyakit jantung, kelelahan kronis, atau gangguan pencernaan.
Terlalu fokus pada uang dapat membuat seseorang mengabaikan keluarga, teman, atau pasangan. Waktu yang dihabiskan untuk bekerja berlebihan atau mengejar keuntungan bisa mengurangi interaksi sosial dan merusak hubungan yang bermakna.
Ini dapat menyebabkan perasaan kesepian, isolasi, atau bahkan perpecahan dalam hubungan pribadi. Mengejar uang tanpa tujuan yang jelas atau tanpa mempertimbangkan nilai-nilai hidup lainnya dapat menyebabkan rasa kehampaan.
Meskipun seseorang mungkin mencapai kesuksesan finansial, mereka mungkin merasa kehilangan makna hidup, yang pada akhirnya mengarah pada ketidakpuasan, meskipun secara materi mereka sudah cukup.
Ambisi berlebihan untuk mendapatkan uang bisa mendorong seseorang untuk mengabaikan prinsip moral dan etika, berisiko melakukan hal-hal yang tidak sah atau tidak etis untuk mencapai tujuan finansial. Ini bisa menciptakan pola pikir yang berfokus pada keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan dampak pada orang lain.
Fokus yang terlalu besar pada uang dapat membuat seseorang mengabaikan pentingnya pengembangan diri, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, atau pertumbuhan emosional.
Padahal, kebahagiaan jangka panjang sering kali berasal dari pencapaian pribadi dan pengalaman yang memperkaya hidup, bukan hanya dari status finansial. Keinginan untuk terus mengejar uang dapat menciptakan lingkaran setan, di mana meskipun seseorang memperoleh lebih banyak uang, mereka tetap merasa tidak puas dan terus menginginkan lebih.
Hal ini dapat mengarah pada rasa ketidakpuasan yang terus menerus, yang sulit diatasi meskipun telah mencapai banyak pencapaian finansial. Jadi, sebenarnya apakah uang menjamin kebahagiaan? Tentu saja tidak.
Menjadi kaya bukanlah jalan menuju kebahagiaan. Uang memang memiliki manfaat penting bagi kehidupan seseorang. Dengan memiliki penghasilan yang lebih tinggi, kita dapat memperoleh rumah di lingkungan yang lebih aman, perawatan kesehatan dan gizi yang lebih baik, dan memiliki lebih banyak waktu luang.
Namun rasa bahagia yang materialistis ini tidak akan bertahan lama. Suatu saat tuntutan akan pekerjaan dan mempertahankan jumlah uang yang kita miliki akan menyebabkan kita merasa tertekan dan tidak memiliki waktu untuk berdamai dengan diri sendiri.
Sebagian orang juga menganggap bahwa membeli banyak barang dan memiliki barang-barang mewah membuat kita lebih bahagia daripada melakukan sesuatu. Padahal perlu ditanamkan suatu prinsip bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Darimana didapatkan pengalaman itu? Pastinya dari kegiatan atau hal-hal positif yang kita lakukan seperti pergi ke konser, mengikuti kursus menjahit, berlibur ke tempat wisata dan lainnya.
Mengapa demikian? Barang-barang yang kita beli dengan cara berlebihan akan membuat kita berperilaku konsumtif, kebahagiaan akan barang-barang itu tidak akan bertahan lama, sedangkan pengalaman positif yang kita dapatkan ketika melakukan kegiatan positif dapat kita bagikan kepada orang-orang sekitar.
Kesulitan yang kita hadapi dalam melakukan kegiatan tersebut ataupun kesalahan yang kita lakukan dapat menjadi pelajaran juga bagi orang lain. Kita juga dapat bercerita tentang pengalaman liburan dan pastinya akan merasa bahagia setiap mengingat pengalaman liburan itu.
Jangan takut kebahagiaan yang kita akan berkurang apabila membelanjakan uang untuk orang lain. Kebanyakan orang berpikir bahwa membelanjakan uang untuk diri sendiri akan membuat mereka lebih bahagia daripada membelanjakannya untuk orang lain.
Namun, para peneliti pernah melakukan riset tentang hal ini dan mendapat hasil bahwa orang-orang merasakan kebahagiaan yang lebih besar ketika mereka membelanjakan uang mereka untuk orang lain atau menyumbangkannya untuk amal daripada ketika mereka membelanjakannya untuk diri sendiri.
Salah satu alasan fenomena ini adalah bahwa memberi kepada orang lain membuat kita merasa puas terhadap diri sendiri. Pada akhirnya, uang adalah sarana untuk hal-hal yang kita nilai, bukan arti kebahagiaan itu sendiri.
Sebagai generasi muda kita hendaknya menjadi pelopor perubahan prinsip uang adalah segalanya. Memang uang bisa membeli kebahagiaan tetapi untuk merasa bahagia tidak diperlukan uang.
Uang hanyalah alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sebagai manusia yang pastinya memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kenyataannya masih banyak situasi dan kondisi buruk terjadi dikarenakan uang.
Salah mengelola dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dapat menjerumuskan kita pada masalah yang serius. Banyak yang percaya bahwa ketika Kita memiliki banyak uang, maka uang akan membawa kebahagiaan yang abadi.
Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Meskipun uang dapat memberikan kepuasan dan kemudahan hidup, kebahagiaan yang sesungguhnya sering kali tidak tergantung pada jumlah uang yang dimiliki seseorang. Secara khusus, uang hanya dapat membawa kebahagiaan sampai pada titik di mana kebutuhan dasar manusia terpenuhi yaitu: sandang, pangan, dan papan.
Uang memang tidak bisa secara harfiah membeli kebahagiaan tapi uang dapat membeli waktu dan ketenangan pikiran. Uang juga dapat membeli pengalaman, keamanan, estetika, dan kemampuan untuk bermurah hati.
Dan lebih penting lagi, uang memberi kita kesempatan untuk hal-hal lain yang penting dalam kehidupan. Tapi menjadi kaya atau banyak uang bukanlah satu-satunya cara untuk bahagia.
Anda masih dapat memperoleh kesehatan, belas kasih, komunitas, cinta, kebanggaan, hubungan, dan lebih banyak lagi kebahagiaan yang lain. Bahkan jika Anda tidak memiliki banyak angka di saldo rekening bank Anda.
Lagi pula, definisi semula dari kekayaan bisa diartikan sebagai kesehatan. Itu artinya kita semua yang sehat memiliki potensi untuk menjadi kaya. Mungkin bukan berupa materi tapi berupa tubuh, pikiran, dan jiwa yang sehat.
Sebagai kesimpulan, uang memang memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan fisik dan material seseorang. Namun, kebahagiaan yang sejati tidak dapat diperoleh hanya dengan memiliki banyak uang.
Secara keseluruhan, meskipun uang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan kenyamanan, mengejar uang secara berlebihan dapat mengorbankan aspek penting lainnya dalam hidup, seperti kesehatan, hubungan, dan kebahagiaan pribadi.
Kebahagiaan yang sejati dapat ditemukan melalui hubungan yang nyata dengan anggota keluarga dan orang-orang terdekat. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memprioritaskan hubungan yang bermakna dalam kehidupan mereka dan tidak hanya terfokus pada aspek finansial semata.