WARTAMANDAILING.COM, Baghdad – Di saat dunia tengah berperang melawan corona, di bagian lain dunia kekerasan antar manusia masih berlanjut. Pada sabtu 14 Maret 2020 kemarin, Pangkalan militer Irak di Taji, yang banyak menampung tentara koalisi yang dipimpin AS kembali menjadi target serangan rudal.
Hal ini ditegaskan pejabat Irak, bahkan serangan kedua itu telah menewaskan tiga tentara AS dan melukai sejumlah pasukan Irak, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/3/2020).
Komando Operasi Gabungan Irak mengatakan setidaknya ada 33 roket katyusha yang menyerang pangkalan udara tersebut. Di mana tujuh roket diluncurkan dari wilayah Abu Izam, Irak.
Sementara itu, Juru Bicara Pentagon Jonathan Hoffman menolak berkomentar apakah akan ada serangan balasan lagi. Tapi Menteri Pertahanan AS Mark Esper sempat berujar, akan meminta pertanggungjawaban.
“Anda tidak dapat menyerang dan melukai Anggota Layanan Amerika dan lolos begitu saja, kami akan meminta pertanggungjawaban mereka,” ujarnya pekan lalu.
Sebelumnya, pada Kamis lalu, pangkalan militer Taji juga diserang rudal. setidaknya dua warga AS dan satu warga Inggris tewas.
AS menuding milisi pro Iran di Irak, Hashed al Shaabi sebagai dalang. Dalam dua hari berikutnya AS tercatat tiga kali menyerang markas kelompok tersebut dengan jet tempur melalui udara.
Dikabarkan Observasi HAM untuk Suriah, ada belasan pasukan milisi yang tewas. Markas Hashed al Shaabi berdekatan dengan Suriah.
Pemerintah Iran sendiri memperingatkan AS. Iran me-warning Presiden AS Donald Trump agar tidak melakukan “tindakan berbahaya” apalagi menuduh tanpa bukti.
Negeri itu juga meminta AS memikirkan kembali keberadaannya di Timur Tengah. Termasuk perilaku pasukan AS di sana.
“Alih-alih tindakan berbahaya dan tuduhan tidak berdasar, Trump harus mempertimbangkan kembali keberadaan dan perilaku pasukannya di daerah itu,” tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, Sayid Abbas Mousavi, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.(wm/CNBC Indonesia)