WARTAMANDAILING.COM, Jakarta – Dampak penyebaran virus Corona mendatangkan malapetaka pada ekonomi dunia. Hal itu dapat mendorong sekitar setengah miliar jatuh ke jurang kemiskinan. Seperti yang dikutip dari Reuters, Sabtu (18/4/2020), prediksi tersebut berasal dari hasil riset Oxfam, organisasi nirlaba asal Inggris yang berfokus pada pembangunan penanggulangan bencana dan advokasi.
Dalam laporan itu juga terdapat sejumlah skenario dengan mempertimbangkan berbagai garis kemiskinan ekstrim berdasarkan data Bank Dunia. Di mana didefinisikan hidup dengan US$ 1,90 per hari atau kurang, hingga garis kemiskinan yang lebih tinggi dengan penghasilan kurang dari US$ 5,50 per hari.
Dalam skenario paling serius, jika pendapatan kontraksi sebesar 20% maka jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem akan meningkat 434 juta orang menjadi 1,2 miliar orang di seluruh dunia. Sedangkan jumlah orang yang hidup di bawah ambang batas US$ 5,50 per hari naik 548 juta orang menjadi hampir 4 miliar orang.
“Krisis ekonomi yang berlangsung dengan cepat lebih krisis keuangan 2008,” tulis hasil riset itu, dikutip dari Reuters.
Merespons hasil riset itu, Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad menyebut potensi penambahan orang miskin juga salah satunya berasal dari Indonesia. Mengingat banyak masyarakat khususnya pekerja formal dan informal yang terdampak COVID-19.
“Saya kira betul, kalau jumlah yang terdampak saya sependapat dengan perkiraan BIN,” kata Tauhid saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (18/4/2020).
Pemerintah Indonesia sendiri sudah mengumumkan adanya potensi penambahan jumlah orang miskin sekitar 1,1 juta orang hingga 3,78 juta orang. Penambahan itu berdasarkan skenario-skenario yang dibuat pemerintah akibat dampak COVID-19.
Pada skenario berat disebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,35% dan di skenario sangat berat tumbuh negatif 0,4% di tahun 2020.
Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah mengatakan potensi peningkatan jumlah orang miskin dikarenakan bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.
Dalam risetnya, CORE Indonesia memprediksi ada tambahan jumlah angka pengangguran terbuka mulai dari 4,25 juta orang sampai 9,35 juta orang. Tambahan tersebut berdasarkan skenario yang dibuat oleh lembaga riset ini. Penambahan ini akan terjadi di kuartal II-2020.
Pada skenario ringan, ada tambahan 4,25 juta orang pengangguran di mana 3,4 juta orang berada di Pulau Jawa, dengan asumsi penyebaran COVID-19 semakin luas pada Mei 2020 tetapi tidak sampai memburuk karena kebijakan PSBB hanya diterapkan di wilayah tertentu di Pulau Jawa dan satu dua kota di luar Jawa.
Pada skenario sedang, ada tambahan 6,68 juta orang pengangguran di mana 5,06 juta orang berada di Pulau Jawa, dengan asumsi penyebaran COVID-19 lebih luas dan kebijakan PSBB diberlakukan luas di banyak wilayah di Pulau Jawa dan beberapa kota di luar Jawa.
Pada skenario berat, ada tambahan 9,35 juta orang pengangguran di mana 6,94 juta orang berada di Pulau Jawa, dengan asumsi penyebaran COVID-19 tak terbendung lagi dan kebijakan PSBB diberlakukan secara luas baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa, dengan standar yang sangat ketat.
“Lonjakan pengangguran ini akan mendorong peningkatan angka kemiskinan. Mereka yang tadinya masuk kelompok hampir miskin, mendekati miskin, sangat besar kemungkinannya jatuh ke kelompok miskin. Sementara yang sudah miskin akan menjadi sangat miskin,” ungkap Piter.(wm/mbd/det)