WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Benginilah potret kehidupan Nenek Dorianna (57) yang tinggal di gubuk reot dan usang merupakan warga lingkungan ll, Kelurahan Mompang Jae, Kecamatan Panyabungan Utara, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Di usianya yang sudah tua renta dan sakit-sakitan itu menghabiskan waktu dengan terbaring setiap harinya. Ia tinggal bersama suaminya Mursalin (68) dan anak ketiganya di sebuah rumah dengan setegah dinding bambu tampak tembus pandang.
Kondisinya jauh dari kata memadai, apa lagi sederhana. Namun demikian, Nenek Dorianna tetap bersemangat berjuang untuk menjalani kehidupannya sehari-hari.
Meskipun dengan berjalan membungkuk akibat dari berbagai penyakit yang menggerogoti tubuhnya yang semakin menambah derita di usia senjanya.
Miris memang, tapi beginilah fakta kehidupan yang melanda Nenek Dorianna wanita kelahiran Mompang Jae tahun 1964 itu.
Saat dikunjungi awak media, Sabtu (18/9/2021) lalu ditanyai apakah dirinya telah mendapatkan perhatian dari pemerintah, karena memang banyak bentuk bantuan dari pemerintah pusat melalui pemerintah daerah, semisal KIS, PKH, BPNT, bedah rumah dan sebagainya, Dorianna menuturkan ada PKH bantuan bentuk sembako sembari tertunduk lesu sambil menjawab pertanyaan itu.
Yang lebih miris lagi, rumah reot berbahan bambu yang ditempati Dorianna kondisi berbanding terbalik dengan kondisi rumah yang berada persis di sebelah rumahnya.
Rumah berbahan batu bata yang telah berdiri kokoh disebelahnya itu tampak jelas menggambarkan bahwa rumah warga yang tidak mampu tersebut sudah selayaknya mendapatkan program bantuan pemerintah.
Hal ini tentunya menjadi catatan bagi pihak-pihak terkait, untuk ikut memperhatikan kondisi masyarakatnya, karena hal itu merupakan tanggungjawab dari pemerintah.
Dorianna pun sempat bercerita akan kondisi getir yang dijalaninya sehari-hari. Jangankan untuk memikirkan biaya penyembuhan penyakit yang telah menggerogoti tubuhnya, untuk makan saja, Dorianna mengaku bergantung pada anak ketiganya.
“Jangankan masalah tentang kelangsungan hidup amang, untuk makan sehari hari saja, saya masih bergantung hidup pada anak saya yang nomor lll dari empat bersaudara,” ujarnya,
Ia pun berharap, baik pemerintah ataupun kaum dermawan yang peduli atas kondisi hidup kaum-kaum yang terpinggirkan seperti dirinya, dapat membantu kelangsungan hidup mereka.
“Mungkin banyak orang yang seperti saya, tapi saya berharap ada perhatian untuk saya. Sebuah perhatian penuh dari pemerintah, dinas kesehatan, dinas sosial dan orang yang memang peduli terhadap kondisi seperti kami. Walau bagaimana pun, saya ini adalah orang Mandailing Natal, orang Indonesia juga, yang layak mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah,” jelas Nenek Dorianna.
Lalu, diagnosa penyakit yang belum diketahui diderita Nenek Dorianna telah berlangsung sejak tahun 2015. Awal mulanya pada saat mendodos karet dikebun, ia merasa tubuh bagaikan terbakar dan kepanasan dan hingga saat ini belum mendapatkan perawatan medis yang intensif, sehingga menggerogoti tubuhnya dan jemari tangannya terus gemetar serta tubuh membungkuk dan kaki terasa ngilu.
“Saya sudah mendatangi rumah sakit sekitar empat tahun lalu, saya cuma diberi infus oleh pihak medis, diagnosa katanya belum dapat, setelah itu saya tidak pernah berobat lagi. Apalah daya saya ini amang, kaki ngilu, tangan gemetaran tubuh membungkuk demikian digerogoti penyakit ini. Entah penyakit apa. Ingin berobat tapi terhalang biaya, sementara BPJS yang saya miliki saat ini lagi menunggak,” pungkasnya. (Syahren)