WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Sugiono (50) seorang penjual perabotan keliling tampak dengan gerobak dangangannya di Jalan Lintas Timur, Sipolu-Polu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) membuat hati iba melihatnya.
Terlihat dari wajah yang sudah menunjukkan usia tuanya, namun semangat hidup yang ia tunjukkan seolah masih muda.
Pria paruh baya ini, menarik gerobak dagangan dengan berjalan kaki tampak penuh semangat, seolah dirinya dinantikan pembeli di ujung jalan yang ia lalui.
Saat ditemui di pinggir jalan, Minggu (9/1/2022). Pria penjual perabotan keliling ini mengaku sudah dua minggu di Madina, perabotan yang ia jual selama disini baru cukup untuk makan sendiri.
Sugiono asal Purwokerto merantau ke kabupaten Mandailing Natal dua minggu yang lalu, karena kehidupan dikampung begitu sulit sejak pandemi.
“Baru enam bulan saya ikut berjualan perabotan keliling ini, sebelumnya saya dikampung hanya seorang buruh tani,” tutur Bapak yang memiliki tiga anak ini.
Lebih lanjut ia menceritakan, barang barang perabotan yang ia bawa ini, industri rumahan yang berasal dari Yogyakarta.
“Barang ini industri rumahan milik bos dari Yogyakarta, saya hanya menjualkan saja,” ucapnya.
Menurut Sugiono, profesi penjual keliling perabotan di Madina susah, daya beli masyarakat minim. Tampaknya masyarakat lebih membutuhkan membeli makanan untuk kehidupan sehari-hari ketimbang perabotan.
Kisah bapak penjual perabotan keliling ini menjadi contoh betapa susahnya kehidupan di masa pandemi. Mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya bukan sesuatu yang mudah.
Berkeliling jualan perabotan Sambil menarik gerobak Bayangkan, setiap hari, dia harus berjalan kaki jualan sambil menarik gerobak dari pagi sampai malam. Padahal, perabotan hanya sebiji yang dibawa itu tak selalu laku terjual. (Syahren)