WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Warga yang tinggal di pedalaman kecamatan Panyabungan timur, Kabupaten Mandailing Natal kesulitan memasarkan hasil perkebunan mereka berupa kopi, kayu manis dan terong belanda karena minimnya infrastruktur pendukung.
“Sangat sulit bagi warga kami untuk memasarkan hasil hutan karena sulitnya akses jalan ke desa kami, “ujar S. Hasibuan kepada Warta Mandailing, Jumat (25/8/2023)
Dijelaskan, kopi dan terong belanda dan kayu manis yang dihasilkan warga dapat dipasarkan ke penampungan terdekat yaitu pasar pagi pagur dan pasar gunung baringin dengan jarak kurang lebih 35 kilometer dari Desa Aek Nabara melewati jalan yang cukup ekstrim.
“Jalan ini sangat sulit dilalui, apalagi saat musim hujan, sepeda motor khusus pun susah bisa lewat apalagi bawa barang, dengan kondisi itu memasarkan hasil perkebunan warga Aek Nabara jadi sangat sulit, “ungkapnya.
Untuk bisa terpenuhi kebutuhan keluarga mereka di pedalaman, warga Desa Aek Nabara tidak berdiam diri di rumah, meski berat dan aksesnya sulit, dengan semangat bertahan hidup mereka membawa dan menjual hasil kebun ke sumbar melewati hutan dengan jarak tempuh kurang lebih 17 kilometer.
“Kendala masalah infrastruktur, hasil kebun yang didapat nggak bisa semuanya dibawa ke pasar, maka tak jarang hasil tani busuk di kampung, dan yang dibawa serta hasil yang dijual sebatas untuk membeli beras saja, “jelasnya.
S. Hasibuan menjelaskan, kopi, kayu manis dan tering belanda sebenarnya merupakan tiga komoditi tanaman andalan warga pedalaman ‘Aek Nabara’ untuk memenuhi kebutuhan hidup warga sehari-harinya.
Desa Aek Nabara dengan jumlah penduduk sekitar 99 jiwa, terdapat sedikitnya 60 hektare kebun kopi, kayu manis dan terong belanda yang telah lama di tanam secara turun temurun.
“Rata-rata kalau kopi kampung bisa mencapai ratusan kilo, kayu manis itu musiman nggak tiap minggu di panen, sedangkan terong belanda bisa mencapai satu hingga dua ton seminggu, namun kini nggak seberapa lagi karena ditinggal petani sebab harga anjlok, “ungkapnya.
Banyak petani kebun di Desa Aek Nabara yang tidak menggarap kebunnya lagi, sebab akses jalan sulit dan jual hasil kebun warga anjlok, akibatnya ekonomi masyarakat kini semakin sulit.
“Karena itu, warga Aek Nabara berharap ada kebijakan atau solusi dari pemerintah untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat di pedalaman, tolong perhatikan akses jalan kami, “tutupnya. (Has)