WARTAMANDAILING.COM – Nabi Nuh dan kaumnya yang berada di dalam kapal selamat dari azab banjir. Mereka keluar dari kapal dan melanjutkan kehidupan mereka. Di antara mereka terdapat kaum ‘Ad yang nasabnya berasal dari Sam bin Nuh.
Mereka melakukan perjalanan hingga sampai di daerah bernama Al-Ahqaf, yaitu antara Umman dan Hadramaut di Yaman. Di Al-Ahqaf, kaum ‘Ad membangun kebudayaannya. Mereka membangun bangunan-bangunan tinggir di Iram (ibu kota kaum ‘Ad).
Pada masa itu, belum pernah ada kota yang dibangun seperti itu di negeri-negeri lain. Kaum ‘Ad membuat bangunan-bangunan itu dengan tiang-tiang penyangga yang besar dan kuat. Wilayah Al-Ahqaf merupakan daerah yang subur. Kaum ‘Ad memanfaatkannya untuk daerah pertanian.
Curah hujan di wilayah ini cukup tinggi shingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kaum ‘Ad hidup dengan penuh kemakmuran dan kemewahan. Hal itu membuat kaum ‘Ad menjadi angkuh. Mereka berkata, “Siapakah yang kekuataannya lebih besar dari kami?”.
Setan telah berhasil menyesatkan mereka. Kaum ‘Ad mulai menyembah patung berhala. Mereka melupakan dahsyatnya banjir itu. Lama-kelamaan, mereka juga berbuat zalim dengan melakukan tindak kekerasan dan kejahatan.
Dalam Al-Quran digambarkan kondisi kaum ‘Ad saat itu pada ayat 130 surat Asy-Syu’ara, “Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis”. Kaum ‘Ad benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata. Mereka tidak lagi menyembah Allah SWT.
Nabi Hud Berdakwah Kepada Kaum ‘Ad
Karena kaum ‘Ad telah berada dalam kesesatan, Nabi Hud diutus oleh Allah untuk berdakwah. Ia mengajak kaum ‘Ad menyembah Allah SWT dan menghentikan kezaliman. Di hadapan kaum ‘Ad, Nabi Hud berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tdak bertakwa kepada-Nya ?” Kemudian, para pemuka kaum ‘Ad menjawab, “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta”. Meskipun dikatakan gila dan pendusta, Nabi Hud tetap berdakwah. Nabi Hud berkata, “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu”. (QS. Al-Araf : 67-68).
Kaum ‘Ad tetap menolak seruan Nabi Hud. Malahan, mereka menantang diturunkannya azab jika seruan Nabi Hud benar. Mereka menjawab, “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami ? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. Kemakmuran dan kemewahan telah membuat kaum ‘Ad lupa diri. Mereka tidak mempedulikan utusan Allah, Nabi Hud. Hanya sedikit yang mengikuti ajaran Nabi Hud.