WARTAMANDAILING.COM – Nabi Yusuf adalah putera ke tujuh daripada dua belas putera-puteri Nabi Ya’qub. Ia dengan adiknya yang bernama Benyamin adalah beribukan Rahil, saudara sepupu Nabi Ya’qub. Ia dikurniakan Allah rupa yang bagus, paras tampan dan tubuh yang tegap yang menjadikan idaman setiap wanita dan kenangan gadis-gadis remaja. Ia adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, terutamanya setelah ditinggalkan wafatnya ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang diskriminatif dari Nabi Ya’qub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan bahawa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama anak, memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.
Rasa jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf membangkitkan rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab di antara mereka.
Saudara-saudara Yusuf mengadakan pertemuan
Dalam pertemuan rahasia yang mereka adakan untuk merundingkan nasib yang mereka alami dan mengatur aksi yang harus mereka lakukan bagi menyedarkan ayahnya, menuntut perlakuan yang adil dan saksama, berkata salah seorang dari mereka: “Tidakkah kamu merasakan bahawa perlakuan terhadap kita sebagai anak-anaknya tidak adil dan berat sebelah? Ia memanjakan Yusuf dan menyintai serta menyayangi lebih daripada kita, seolah-olah Yusuf dan Benyamin sahajalah anak-anak kandungnya dan kita anak-anak tirinya , padahal kita adalah lebih tua dan lebih cekap daripada mereka berdua serta kitalah yang selalu mendampingi ayah,mengurus segala keperluannya dan keperluan rumahtanggannya. Kita merasa hairan mengapa hanya Yusuf dan Benyamin sahaja yang menjadi keistimewaan disisi ayah. Apakah ibunya lebih dekat kepada hati ayah berbanding dengan ibu kita? Jika memang itu alasannya ,maka apakah salah kita? Bahwa kita lahir daripada ibu yang mendapat tempat kedua di hati ayah ataukah paras Yusuf yang lebih tampan dan lebih cekap drp paras dan wajah kita yang memang sudah demikian diciptakan oleh Tuhan dan sesekali bukan kehendak atau hasil usaha kita? Kita amat sesalkan atas perlakuan dan tindakan ayah yang sesal dan keliru ini serta harus melakukan sesuatu untuk mengakhiri keadaan yang pincang serta menjengkelkan hati kami semua.”
Seorang saudara lain berkata menyambung: “Soal cinta atau benci simpati atau antipati adalah soal hati yang tumbuh laksana jari-jari kita, tidak dapat ditanyakan mengapa yang satu lebih rebdah dari yang lain dan mengapa ibu jari lebih besar dari jari kelingking. Yang kita sesalkan ialah bahwa ayah kita tidak dpt mengawal rasa cintanya yang berlebih-lebihan kepada Yusuf dan Benyamin sehingga menyebabkannya berlaku tidak adil terhadap kami semua selaku sesama anak kandungnya. Keadaan yang pincang dalam hubungan kita dengan ayah tidak akan hilang, jika penyebab utamanya tidak kita hilangkan. Dan sebagaimana kamu ketahui bahwa penyebab utamanya dari keadaan yang menjengkel hati ini ialah adanya Yusuf di tengah-tengah kita. Dia adalah penghalang bagi kita untuk dpt menerobos ke dalam lubuk hati ayah kita dan dia merupakan dinding tebal yang memisahkan kita dari ayah kita yang sangat kita cintai. Maka jalan satu-satunya untuk mengakhiri kerisauan kita ini ialah dengan melenyapkannya dari tengah-tengah kita dan melemparkannya jauh-jauh dari pergaulan ayah dan keluarga kita. Kita harus membunuh dengan tangan kita sendiri atau mengasingkannya di suatu tempat di mana terdpt binatang-binatang buas yang akan melahapnya sebagai mangsa yang empuk dan lazat. Dan kita tidak perlu meragukan lagi bahwa bila Yusuf sudah lenyap dari mata dan pergaulan ayah , ia akan kembali menyintai dan menyayangi kita sebagai anak-anaknya yang patut mendapat perlakuan adil dan saksama dari ayah dan suasana rumahtangga akan kembali menjadi rukun, tenang dan damai, tiada sesuatu yang merisaukan hati dan menyesakkan dada.”
Berkata Yahudza, putera keempat dari Nabi Ya’qub dan yang paling cekap dan bijaksana di antara sesama saudaranya: l¹¹”Kita semuanya adalah putera-putera Ya’qub pesuruh Allah dan anak dari Nabi Ibrahim, pesuruh dan kekasih Allah. Kami semua adalah orang-orang yang beragama dan berakal waras. Membunuh adalah sesuatu perbuatan yang dilarang oleh agama dan tidak diterima oleh akal yang sihat, apa lagi yang kami bunuh itu atau serahkan jiwanya kepada binatang buas itu adalah saudara kita sendiri , sekandung, sedarah , sedaging yang tidak berdosa dan tidak pula pernah melakukan hal-hal yang menyakitkan hati atau menyentuh perasaan. Dan bahwa ia lebih dicntai dan disayangi oleh ayah, itu adalah suatu yang berada di luar kekuasaannya dan sesekali tidak dpt ditimpakan dosanya kepadanya. Maka menurut fikiran saya kata Yahudza melanjutkan bahasnya ialah dengan jalan yang terbaik untuk melenyapkan Yusuf ialah melemparkannya ke dalam sebuah perigi yang kering yang terletak di sebuah persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dan para musafir berhenti beristirehat memberi makan dan minum kepada binatang-binatang kenderaannya. Dengan cara demikian terdpt kemungkinan bahwa salah seorang daripada musafir itu menemukan Yusuf, mengangkatnya dari dalam perigi dan membawanya jauh-jauh sebagai anak pungut atau sebagai hamba sahaya yang akan diperjual-belikan .Dengan cara aku kemukakan ini ,kami telah dapat mencapai tujuan kami tanpa melakukan pembunuhan dan merenggut nyawa adik kami yang tidak berdosa.”
Fikiran dan cadangan yang dikemuka oleh Yahudza itu mendapat sambutan baik dan disetujui bulat oleh saudara-saudaranya yang lain dan akan melaksanakannya pada waktu dan kesempatan yang tepat. Pertemuan secara rahasia itu bersurai dengan janji dari masing-masing saudara hadir, akan menutup mulut dan merahasiakan rancangan jahat ini seketat-ketatnya agar tidak bocor dan tidak didengar oleh ayah mereka sebelum pelaksanaannya.