Menurut situs web pelacakan kapal Marine Traffic, kapal itu berada di sekitar 371 km di lepas pantai Borneo Malaysia. Data menunjukkan, kapal itu telah bergerak di dalam zona ekonomi eksklusif Malaysia dalam pola berbentuk hash yang konsisten sambil melakukan survei.
Ini adalah hal hal yang sama dengan yang dilakukan China di perairan Vietnam. Ini membuat ketegangan terjadi antara Vietnam dan China.
Sementara itu, AS sendiri menganggap kegiatan kapal China sebagai upaya untuk memaksa negara-negara kecil keluar dari kegiatan pengembangan sumber daya lepas pantai. Selain itu, angkatan laut China juga telah beberapa kali berselisih dengan angkatan laut AS dan negara lainnya di wilayah ini dalam beberapa bulan terakhir.
Oleh karenanya para pejabat Angkatan Laut AS mengatakan operasi perlu dilakukan di kawasan guna menunjukkan komitmen terhadap kawasan dan kemampuan Angkatan Lautnya. Lagipula pada 2016, pengadilan internasional telah memutuskan bahwa klaim China, tumpang tindih dengan klaim Vietnam, Malaysia, Brunei, Taiwan, dan Filipina, dan tidak memiliki dasar hukum.
Menanggapi ketegangan terbaru tersebut, kementerian luar negeri China mengatakan bahwa kapalnya hanya melakukan kegiatan normal di wilayahnya. Mereka juga mendesak AS untuk tidak melakukan tindakan yang dapat memperumit situasi.
Malaysia belum mengomentari secara spesifik situasi tersebut tetapi pada bulan lalu telah mengatakan bahwa mereka tegas dalam komitmennya untuk melindungi kepentingan dan haknya di Laut China Selatan. Pemerintah dan perusahaan minyak nasional, Petronas, tidak menanggapi permintaan komentar.
sumber: CNBCIndonesia