WARTAMANDAILING.COM, Padangsidimpuan – Oknum penanggung jawab developer perumahan Nato satu yang berada di ujung gurap Jalan Jenderal Besar Abdul Haris Nasution ketika dikonfirmasi mengakui tidak memiliki Upaya Pengelolaan Lingkungan/Upaya Kelola Lingkungan (UPL/UKL).
Dalam konfirmasi via telepon pada Senin 27 April 2020, Nato Nasution mengakui tidak pernah mengurus segala perizinan yang menyangkut dengan pengembangan perumahan kepada pemerintah setempat.
“Untuk itu silahkan laporkan kemana saja dan aku tidak akan pernah tunduk, karena aku adalah penguasa di bidang developer, tak perlu kutanggapi apapun yang terjadi yang penting saya berbuat dalam pengembangan perumahan” kata Nato Nasution.
Menyikapi hal itu, ketua PPSM Sumut, Emmar Pasaribu ketika dimintai tanggapannya mengatakan, dalam waktu dekat bersama ratusan masyarakat akan melaporkan ke pihak aparat hukum karena Nato Nasution merasa hebat dengan tidak mengindahkan aturan main yang ada tentang lingkungan hidup.
“Developer perumahan Nato satu diduga kuat tidak taat aturan terhadap bagaimana sebenarnya peraturan lingkungan hidup dalam membangun perumahan. Developer tidak mengindahkan UPL/UKL yang telah disampaikan oleh kantor lingkungan hidup Pemerintah Kota Padangsidimpuan, sehingga diduga tidak memiliki dokumen UPL/UKL,” kata Emmar kepada Warta Mandailing, Selasa (28/4/2020).
Emmar membeberkan, pengurusan dokumen pengelolaan lingkungan itu adalah merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar tawar dan harus ada dari pemerintah setempat. Dalam hal ini developer terlihat sepele dan bahkan mengakui tidak ada diurus UPL/UKL nya.
Kondisi di lapangan saat ini, kinerja developer perumahan Nato satu dari pemasangan pipa air yang tidak memiliki standar yang bagus, yang penting ada sehingga beberapa tahun kemudian pipa air yang dipasang oleh PDAM Terta Ayumi tersebut rapuh dan rusak.
“Begitu juga adanya dugaan antara PDAM Terta Ayumi dan pihak developer sekongkol memasang kualitas rendah tersebut. Akibatnya, warga yang tinggal di perumahan Nato satu ini mengalami kerugian besar untuk mengganti pipa air tersebut,” kata Emmar.
Salah seorang warga ketika dikonfirmasi Warta Mandailing mengakui bahwa mereka harus rela merogoh dompetnya untuk pembelian pipa air kualitas bagus dan membayar upah pasang kepada pekerja Terta Ayumi. (tim)