DIUSIR dan Disiksa, Kisah Bocah Malang di Paluta Jadi Sorotan Publik

Rony Saputra Siregar (foto: Istimewa)

WARTAMANDAILING.COM, Padangsidimpuan – Kasus penganiayaan terhadap seorang anak dibawah umur oleh kedua orangtuanya di desa Sampuran Simarloting, Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) menjadi sorotan dari berbagai elemen masyarakat. Dari kalangan publik figur pun mengecam dan mengutuk keras aksi perbuatan keji yang dialami bocah malang itu.

Teranyar, publik dihebohkan dengan viralnya video rekaman pengakuan seorang anak yang polos tanpa dosa di berbagai media sosial, bocah malang yang beranjak usia 6 tahun berinisial RA itu dengan polos mengakui dirinya diusir dan disiksa dengan beragam cara oleh ayah kandung dan ibu tirinya. Bahkan kakak kandungnya sendiri juga turut melakukan kekerasan terhadap dirinya.

Meski ayah, ibu tiri beserta kakaknya yang merupakan pelaku telah diamankan pihak kepolisian, walau bocah malang itu saat ini tampak merasa girang dikelilingi orang-orang yang baik dan perhatian kepadanya serta bekas luka penganiayaan yang dapat disembuhkan. Namun dikhawatirkan peristiwa yang dialaminya ini dapat membuat trauma jangka panjang.

Perlakuan keji yang dialami RA, anak dibawah umur ini memantik reaksi keras dari salah seorang publik figur di bidang seni, Rony Saputra Siregar seniman dan artis yang populer dengan lagu-lagu Mandailing mengecam keras aksi penganiayaan terhadap RA yang notabene merupakan anak di bawah umur.

“Miris kita melihat dan mendengar pengakuan anak malang itu, tidak manusiawi perbuatan mereka kepada seseorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang orangtua,” kata Rony.

Ia berharap para pelaku diberikan sanksi efek jera dan terhadap korban dilakukan penangangan secara psikis maupun fisik guna membantu pemulihan dari berbagai elemen maupun lembaga pemerintah.

“Inilah salah satu penyebab akibat kurangnya perhatian pemerintah terhadap penanaman nilai positif budaya dan kearifan lokal di tengah-tengah masyarakat, sehingga banyak terjadi kesenjangan dan konflik sosial di tengah-tengah masyarakat,” ungkap Rony.

Read More

Dikatakan Rony, inilah pentingnya upaya maksimal dalam penguatan pemahaman akan nilai budaya dan agama di tengah-tengah masyarakat. Sebagaimana petuah guru-guru terdahulu berpesan ‘Hombardo Adat Dohot Ibadat’ yang bermakna, jika Agama dijalankan maka hidup menjadi berkah dan jika adat budaya dijalankan maka hidup lebih terarah.

“Lihat generasi kita yang sekarang, bisa dikatakan sebahagian besar tidak lagi peduli akan agama serta adat budaya, sekarang bisa kita bilang aman-aman saja tapi tunggu nanti ketika generasi ini sudah semakin tak bermoral dan tak beradab, jika ini terus terjadi maka kita akan melihat kehancuran dari negeri ini,” imbuh pria yang juga merupakan tenaga pendidik di bidang seni itu.

“Kehancuran dari peradaban ini adalah kehancuran dari bangsa ini juga. Namun seharusnya kita bertanya khususnya pada diri kita sendiri, apakah kita hanya menunggu kehancuran itu?, Seyogyanya kita terus berbuat meski hal sekecil apapun yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga, tentang pemahaman dan penguatan dalam urusan agama serta adat budaya. Agar apa yang kita takutkan akan kehancuran bisa teratasi sedikit demi sedikit,” papar Rony.

Tentunya, sambung Rony, dalam hal ini juga peran serta respon pemerintah sangat diharapkan agar tidak lagi ada kejadian seperti yang dialami RA dan juga setidaknya ada upaya maksimal dari pemangku-pemangku kepentingan baik di daerah pedalaman hingga di kota sekalipun.

“Sebab kalau bukan kita yang berfikir memperjuangkan hal ini tidak akan ada orang dari luar sana yang akan melakukannya, kecuali tidak untuk mengharapkan imbalan atau keuntungan. Cukup sudah kita abai tentang hal ini, mari kita bergandeng tangan untuk kebaikan dan untuk kemaslahatan,” pintanya.

“Sejatinya Allah akan selalu membantu kita, ketika kita ikhlas dan tulus dalam berbuat kebaikan. Semoga tidak ada lagi hal yang terjadi seperti ini kedepan, Aamiin,” ucap Rony mengakhiri. (Nas)

Related posts