WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Miris, Nenek Ana seorang perempuan Lanjut Usia (Lansia) terpaksa mengambil alih merawat tiga anak yatim piatu yakni cucunya sendiri semenjak kedua orang tua bocah malang itu meninggal dunia.
Kisah haru ini datang dari Ana Nasution (72) yang tinggal bersama dengan ketiga cucunya di rumah kecil yang tampak sederhana di Lorong Berut, Kelurahan Logat, Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Nenek Ana menceritakan, Kedua orang tua sang cucu telah tiada membuat nenek perempuan ini harus membanting tulang demi menghidupi ke tiga cucunya yang masih kecil.
“Menantu ibu dari anak anak ini meninggal dunia dua tahun yang lalu, sebelas bulan setelah itu anak ku ayah dari ke tiga cucuku ini menyusul kemudian menghadap sang ilahi, bertani hanya itu yang bisa aku lakukan membesarkan ke tiga cucu dengan seorang diri,” Nenek Ana kepada Warta Mandailing, Sabtu (18/6/2022).
Menjadi seorang petani diusia senja seperti nenek Ana tak banyak yang bisa ia lakukan, sungguh miris pendapatannya yang kecil membuat dirinya tidak mampu memenuhi kebutuhan makan serta kebutuhan perlengkapan sekolah ketiga cucunya.
“Bertani seusia saya berapalah hasil yang bisa didapat, makan dengan garam serta lauk ikan asin kecil cuma itu yang bisa aku dapatkan, pensil dan buku serta keperluan sekolah lainnya tak bisa aku penuhi seutuhnya,” imbuhnya.
Nenek Ana menanggung beban tanggung jawab yang harus ia pundak untuk merawat ke tiga cucunya yang masih kecil, ia harus melakukan ini lantaran ketiga cucunya kini telah menjadi yatim piatu sejak setahun yang lalu.
“Berbekal tani dan hanya bisa memberikan keperluan seadanya, saya dengan tulus ikhlas merawat ketiga cucu dari anak laki laki saya, sang kakak Nasrul Nst sudah lulus SD tahun ini, fatimah sari kelas 3 SD, Mhd Rasyid kelas 1 SD, saya tinggal serumah dengan mereka sejak menantu ibu dari ketiga anak ini meninggal dua tahun lalu, selang sebelas bulan, anak saya ayah anak anak ini menyusul kemudian menghadap sang ilahi,” ucapnya.
Bocah perempuan anak yatim piatu kelas tiga SD ini, ketika ditanya apa ada keperluan sekolah yang kurang dan berapa jajan yang diberikan nenek setiap berangkat sekolah, tangisnya pecah menjawab pertanyaan awak media.
Lebih lanjut Nenek Ana menceritakan alm ibu dari ketiga anak ini terdaftar sebagai keluarga penerima mamfaat (KPM) program keluarga harapan (PKH), untuk bantuan uang tunai, dalam kurun setahun ini dua kali pencairan yang ia terima sebesar Rp 400 ribu.
“Bantuan uang tunai (PKH) dalam kurun setahun yang sudah kami terima di dua tahap pencarian ini sebesar Rp 400 ribu dari pendamping,” sebutnya.
Sementara Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang belakangan dicairkan di kantor Pos Panyabungan hingga hari ini belum sampai ke tangan mereka.
“BPNT berbentuk sembako, terakhir kami diarahkan untuk menjemput bantuan tersebut ke kantor Pos Panyabungan. Cucuku sebagai pewaris utama yang terdaftar di kartu keluarga, berangkat menjemputnya kesana, seharian menunggu di kantor pos, dapat kabar dari sana katanya bantuan sudah dialihkan ke kecamatan, sementara ditanya di kecamatan tidak ada. Bantuan sembako tersebut entah kemana rimbanya, artinya hingga kini bantuan sembako itu belum ada kami terima sampai saat ini,” tutupnya.
Kini sang nenek beserta ketiga cucunya yang menggemaskan ini harus rela bertahan hidup dengan makan seadanya, di rumah kecil sederhana berukuran 3×5 meter berdindingkan kayu berlantai semen.
Rumah kecil warisan almarhum orangtua mereka, menjadi satu satunya saksi bisu suka dan duka perjalanan hidup yang dilalui sang nenek dengan ke tiga anak yatim piatu cucu tercintanya. (Syahren)