WARTAMANDAILING.COM, Padangsidimpuan – Aspirasi pemekaran Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) dari Provinsi Sumatera Utara kembali membara! Bukan sekadar wacana usang, gelombang “merdeka” ini kian menguat seiring kekecewaan mendalam masyarakat atas minimnya perhatian pembangunan dari pusat dan provinsi.
Di tengah potensi alam yang melimpah, Tabagsel merasa dianaktirikan, terpinggirkan dari gemerlap kemajuan.
Anwar Fahmi Siregar, Tokoh Pemuda Tabagsel, dengan lantang menyuarakan alasan utama di balik desakan pemekaran ini: “Perhatian yang rendah ini menunjukkan Tabagsel tidak masuk skala prioritas pembangunan. Karena itu, sudah tepat jika Tabagsel berjuang untuk memisahkan diri dari Sumut!”
Ironisnya, Tabagsel adalah permata tersembunyi yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas.
Bayangkan, tambang emas berkilauan di Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, pembangkit listrik panas bumi yang ramah lingkungan di Tapsel dan Madina, hamparan perkebunan sawit yang menghijaukan Palas, Paluta, Tapsel, dan Madina, serta potensi energi air yang melimpah di Tapsel.
Belum lagi garis pantai memesona di Kecamatan Natal, Mandailing Natal, yang siap menjadi kawasan maritim strategis. Hutan tropisnya pun menyimpan keajaiban hayati dunia, rumah bagi Harimau Sumatera dan Orangutan Tapanuli yang langka.
Namun, kekayaan ini paradoks. Anwar menyayangkan, “Pajak dari hasil alam Tabagsel terus mengalir ke pusat dan provinsi, sementara masyarakat masih hidup dalam keterbelakangan.” Jalan-jalan hancur, pendidikan merana, dan fasilitas rumah sakit jauh dari memadai.
“Kondisi ini tidak bisa dibiarkan! Hanya ada satu jalan agar Tabagsel bisa hidup layaknya manusia merdeka, yaitu dengan memisahkan diri dari Sumatera Utara!” serunya penuh semangat.
Senada, Tokoh Adat Tabagsel, Basa Sahala Harahap, menegaskan bahwa pemekaran bukan sekadar kebutuhan, melainkan takdir sejarah. “Belanda saja sudah memisahkan Tabagsel dari Sumatera Utara! Plat kendaraan Tabagsel (BB) berbeda, tapi pelayanan Samsat di provinsi induk tidak memadai. Ini bukti bahwa Tabagsel sudah seharusnya berdiri sendiri!”
Pemekaran ini bukan ambisi politik semata, melainkan harapan nyata untuk mengubah nasib. Dengan provinsi baru, Tabagsel dapat mengelola kekayaan alam secara mandiri, mengalirkan kemakmuran langsung ke rakyat.
Infrastruktur akan dibangun, pendidikan ditingkatkan, layanan kesehatan diperbaiki, dan lapangan kerja baru dibuka lebar.
Generasi muda Tabagsel pun menaruh asa besar. Mereka ingin melihat tanah kelahiran mereka maju, sejajar dengan daerah lain di Indonesia.
Warga percaya, hanya dengan “merdeka” dari Sumatera Utara, Tabagsel dapat benar-benar menikmati manisnya kemakmuran dari kekayaan alam yang selama ini hanya menjadi angka di laporan pajak provinsi.
Inilah saatnya Tabagsel menentukan arahnya sendiri, menuju masa depan yang gemilang!