Kelompok P3A Hutarimbaru Kerjakan Proyek P3A-TGAI Diduga Asal Jadi dan Langgar Masa Kontrak Kerja

Proyek P3TGAI Desa Hutarimbaru tampak amburadul dikerjakan asal jadi dan langgar masa kontrak kerja serta ditemukan disejumlah titik pondasi ambruk, fhoto : Wartamandailing.
Proyek P3TGAI Desa Hutarimbaru tampak amburadul dikerjakan asal jadi dan langgar masa kontrak kerja serta ditemukan disejumlah titik pondasi ambruk, fhoto : Wartamandailing.

WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Program percepatan peningkatan tata guna air irigasi (P3A-TGAI) di Desa Hutarimbaru, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal menuai sorotan, pasalnya proyek yang diduga dikerjakan kelompok tani, tunas padi dan empat kelompok lainnya bersumber dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) namun demikian proyek tersebut telah lewat masa kontrak pengerjaan yang ditetapkan.

Nampak jelas pengerjaan proyek tersebut masih terus berjalan meski sudah terlambat dan masuk tahun 2025, parahnya lagi pembangunan proyek ini diduga pondasi tidak digali, batu diletakkan saja diatas tanah dan di akar pohon yang terdapat di sepanjang proyek tersebut, bahkan dibeberapa titik terdapat pondasi menggantung dan menganga, diduga pihak kontraktor dan pekerja hanya menambal atau plester yang bolong bolongnya saja hal ini bisa disebut dengan proyek asal asalan demi mengejar keuntungan semata.

Sejatinya proyek P3A yang dilaksanakan di berbagai daerah, tentu menginginkan pembangunan kualitas yang baik agar manfaat proyek tersebut dapat dimanfaatkan petani dengan jangka waktu lama.

Pantauan Wartamandailing dilapangan kualitas proyek diduga tidak sesuai dengan rincian anggaran biaya (RAB) seperti pemasangan batu, pondasi tidak digali hanya diatas permukaan tanah, lebih parahnya lagi pondasi banyak yang menggantung bahkan dibeberapa titik ada pondasi yang runtuh, lantai juga tidak ada dan jelas terkesan proyek diciptakan asal jadi dan terindikasi KKN.

Menurut keterangan salah satu pekerja proyek menjelaskan memang dibeberapa titik pondasi menggantung dan jebol karena pada saat pemasangan batu air di lokasi pekerjaan sering pasang surut.

“Pekerjaan belum selesai, besar kemungkin butuh waktu sekitar satu minggu kedepan baru terselesaikan, terkait pondasi yang jebol itu akibat dari derasnya air pasang surut yang dibuka oleh warga dari hulu sungai, “ujarnya.

Ia pun mengatakan tidak mengenal ketua kelompok tani proyek yang ia kerjakan, yang diketahuinya hanya pemborong proyek itupun sedang tidak berada dilokasi, jelasnya orang bapak hubungi saja kepala desa katanya.

Read More

Salah satu Ketua kelompok Tunas Padi yang sebelumnya mengelak dan akhirnya mengakui bahwa proyek tersebut memang sudah terlambat, hal itu menurutnya terjadi karena banyaknya kemalangan di desa.

“Proyek ini memang sudah terlambat, hal ini terjadi karena kondisi cuaca dan juga dengan banyaknya kemalangan di desa. Dan kami serta kepala desa sudah meminta perpanjangan masa waktu pengerjaan ke provinsi, “ujar Abdi..

Sementara itu, Kepala Desa Hutarimbaru yang dikonfirmasi dengan sejumlah pertanyaan lewat pesan WhatsApp tidak memberikan tanggapan sampai berita ini diturunkan.

Sedangkan pihak kontraktor sebagaimana dengan yang disampaikan sejumlah pekerja tidak berhasil kita temukan dilokasi, kuat dugaan pihak kontraktor ini sengaja menghindar dari awak media.

Catatan penting ketidak sinkronan antara pekerja, pemborong dan kepala desa Hutarimbaru yang tertutup menimbulkan pertanyaan, proyek pembangunan drainase program P3A-TGAI lima titik di lokasi itu diduga bermasalah, atas terjadinya proyek asal jadi patut kita duga maka awak media berharap kepada instansi terkait baik pusat maupun balai besar agar dapat bertindak tegas kepada pengelola pembangunan proyek irigasi atau kelompok P3A Hutarimbaru. Sehingga proyek tersebut dapat dibangun secara maksimal dan berkualitas karena pembangunan proyek ini diambil dari pajak masyarakat. (Has).