WARTAMANDAILING.COM, Bandung – Keterbatasan bukan jadi penghalang seseorang untuk terus memperjuangkan nasib, kata-kata itu rasanya pantas disematkan kepada Kemal Ardiansyah.
Pemuda berusia 19 tahun asal Garut ini mengadu nasib di Bandung menjadi seorang pengemudi ojek online, padahal sudah sejak lahir ia tunarungu. Tunarungu berarti dia memiliki hambatan dalam fungsi pendengarannya.
Dalam mengendarai motornya sehari-hari, Kemal mengenakan jaket berwarna hijau khas ojek online, lengkap dengan helm. Panas terik tak menyurutkan niatnya dalam mencari penumpang.
Uniknya, saat akan berkomunikasi dengan penumpang, ia langsung mengeluarkan smartphone atau ponsel pintarnya. Melalui ponselnya itulah Kemal berkomunikasi dengan penumpang.
Saat ini, memang ada fitur chat di aplikasi ojek online, hal itu yang memudahkan Kemal mengerti apa yang dibicarakan oleh penumpangnya.
Dilansir dari TribunJabar.id melalui media aplikasi perpesanan instan, Kemal sempat berbagi cerita mengenai bagaimana ia bisa menjadi pengemudi ojek online di Bandung.
Pria lulusan SMALB di Garut pada 2019 itu mengaku mengetahui soal Grab dari seorang temannya di kampung halamannya. Saat mendapatkan informasi itulah ia seperti mendapatkan harapan.
Rupanya, Kemal memang ingin mencari uang agar bisa membantu ibunya.
“Cari rejeki uang untuk ibu makan,” kata Kemal ditemui di sekitar Jalan Sekelimus Utara, Bandung, Jumat (17/1/2020).
Ayah dan ibunya sudah bercerai.
Kemal mengatakan, ayahnya berasal dari Garut, sementara ibunya berasal dari Ciamis.
Ia memiliki dua orang kakak dan satu orang adik. Kakaknya saat ini masih menganggur, sementara itu adiknya masih sekolah. Adapun ayahnya ternyata juga masih menganggur.
“Kalau ibu yang sekarang umurnya 55 tahun ada di rumah, jadi ibu rumah tangga,” ujarnya sembari menunduk ke layar smartphone.
Sempat Kesulitan
Hingga akhirnya, setelah mendapatkan informasi mengenai pembukaan pendaftaran pengemudi ojek online, Kemal memberanikan diri ke Bandung.
Ia ternyata datang ke kota kembang sendirian pada Agustus 2019. Beruntung, saat pendaftaran itu, Kemal tak merasa kesulitan. Pasalnya, ia bisa berkomunikasi secara tertulis, termasuk dalam mengisi data untuk pendaftarannya sebagai ojek online.
“Ngelamarnya langsung ke kantor Grab,” ujar Kemal sembari menunjuk arah kantor ojek online di Bandung.
Di Bandung, Kemal pun tinggal indekos di sekitaran Cijawura. Jadi, sudah sekitar lima bulan ia bekerja di Bandung.
Tentu saja, kesulitan sempat dirasakan Kemal saat dia awal-awal menjadi pengemudi ojek online. Kesulitan itu di antaranya adalah saat ia hendak membaca maps.
“(Sempat) ada kesulitan, tapi sekarang bisa. Kesulitan itu misalnya adalah Grab yang maps-nya salah terus. Sekarang paham Grab maps,” ujarnya.
Kesulitan lain yang dialami Kemal biasanya adalah harus mengantar penumpang ke lokasi yang jauh. Sehari-hari, ia mengaku berada di sekitaran BIP, PVJ, hingga Dago.
Namun, kadang ada penumpang yang harus diantar sampai ke daerah Cimenyan yang sudah masuk ke wilayah Kabupaten Bandung.
Awalnya, ia memang tak hafal wilayah di Bandung. Namun, kini Kemal mengaku sudah hafal, terutama di wilayah-wilayah yang terhitung sebagai pusat perkotaan.
“Saya betah di Grab, tapi kadang merasa capek karena harus narik lumayan jauh,” ujarnya seraya tersenyum.(wm/Tribunjabar.id)