WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Dalam 2 (dua) tahun terakhir Muhammad Rayhan Lubis tak pernah lagi berobat akibat ketiadaan biaya orang tuanya. Kini, Rayhan hanya berharap kemurahan hati dermawan dan perhatian pemerintah.
Rayhan (9 tahun), warga Desa Sigalapang, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) ini terpaksa menunda keinginannya untuk bersekolah karena penyakit kulit yang dideritanya.
Penyakit langka ini telah ia derita sejak balita. Menurut ibunya, Gustina Siregar anaknya lahir dalam keadaan sehat dan tak kurang satu apa pun. Penyakit yang sampai saat ini belum diketahui penyebabnya itu bermula saat anaknya berusia 4 hari.
“Awalnya kami bawa ke rumah sakit. Waktu itu, pihak rumah sakit (RSUD Panyabungan) mendiagnosis anak kami kurang gizi, tapi setelah sekitar satu minggu dirawat diagnosa itu gugur,” ujarnya yang ditemui di kediamannya, Sabtu (24/9).
Gustina memaparkan, anaknya mendapat perhatian dari beberapa pihak, tapi sampai hari ini belum ada perubahan. “Kemarin dibawa ke Rumah Sakit Inanta di Padangsidimpuan. Biayanya dari pihak kepolisian. Di sana kami seminggu lebih dan disarankan berobat ke Medan,” terangnya.
Istri dari Sabaruddin Lubis ini mengungkapkan, keluarganya berniat membawa sang anak ke Medan untuk berobat, tapi terkendala masalah biaya. “Kami disuruh Pak Camat dan kepala desa berangkat ke Medan, katanya pakai uang sendiri dulu, tapi untuk biaya berangkat saja kami tak punya. Untuk makan saja masih susah,” sebutnya.
Saat ini Gustina hanya mengandalkan obat gatal dan vitamin yang diberikan pihak Puskesmas. “Untuk obat gatal saja dan vitamin. Kalau obat penyakitnya belum ada, obat itu (obat gatal dan vitamin) kami terima per minggu,” tambahnya.
Terkait BPJS, Gustina mengaku telah mengurus sejak anaknya berusia 9 bulan. “BPJS ada, tapi kan kalau misalnya kami berobat ke luar daerah tetap butuh biaya. Apalagi sekali berobat tidak bisa satu dua hari,” jelasnya.
Gustina mengungkapkan, penyakit yang diderita anak ketiganya itu awalnya berupa ruam yang kemudian menimbulkan luka seperti luka bakar. “Itu menjalar, tapi tidak menular kepada orang lain,” lanjutnya.
Gustina berharap pemerintah baik di tingkat daerah maupun di tingkat provinsi dan pusat memberi perhatian terhadap anaknya sehingga bisa berobat sebagaimana seharusnya. “Kalau uangnya ada ke manapun akan kami bawa berobat sebagai ikhtiar agar anak kami ini sembuh dan bisa sekolah sebagaimana anak seusianya,” tutup ibu 4 orang anak ini.
(Syahren)