WARTAMANDAILING.COM, Tapanuli Selatan – Ketua Naposo Nauli Bulung (NNB) Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) Riski Abadi Rambe SPd. berharap NNB yang dipimpinnya saat ini tidak dipecah- belah demi kepentingan pribadi ataupun golongan.
Hal itu diungkapkannya setelah mendapati informasi adanya NNB Sapanusunan mengadakan silaturahmi di salah satu Bagas Godang di kecamatan Angkola Muaratais, Selasa (4/6/2024).
“Hal itu membuat resah NNB di sekitaran Kecamatan tersebut karena memunculkan NNB yang baru tanpa melibatkan NNB yang masih aktif,” ungkap Riski kepada wartawan.
Riski yang mengaku dilantik pada tanggal 28 November 2019 lalu di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat mengatakan bahwa NNB memiliki jargon ” Poso- Poso Pagar Nihuta, Nauli Bulung Bunga Nihuta” sesuai dengan yang tertuang dalam surat Tumbaga Holing dalam tatanan adat- istiadat, serta Dalihan natolu.
Pada tanggal 21 – 22 April 2018 yang lalu melalui workshop revitalisasi peran Naposo Nauli Bulung sebagai pagar Nihuta dengan Thema ” Peran Naposo Nauli Bulung sebagai pagar Nihuta dalam menjaga Kawasan ekosistem Batangtoru selaras dengan pengelolaan sumber daya alam dan kearifan lokal demi terwujudnya Tapanuli Selatan yang sehat dan cerdas dengan selogan ” Akkon nadohot dohita Naposo- Poso on pature Huta nihitaon’.
Workshop tersebut di mentori oleh sahabat sahabat Kelompok Muda Mandiri Kreatif dipasilitasi Pemkad tapsel bupati tapsel pada saat Itu Sahrul Pasaribu yang ikut langsung diacara tersebut.acara tersebut menghadir kan tokoh adat,Privetsektor dan Tokoh pemuda seperti Dolly Putra Parlindungan Pasaribu ikut andil dalam kegiatan tersebut sebagai Narasumber.
“Pada saat itu Dolly Putra Parlindungan Pasaribu sebelum menjadi anggota DPRD dan Bupati Tapsel adalah Sekretaris KNPI Tapsel,” beber Riski.
Dari acara workshop itu, kata dia, lahirlah ide gagasan Untuk membentuk NNB tingkat kabupaten karena rna selama ini NNB hanya Ada di desa atau kelurahan serta kecamatan yang dianggap perlu sebagai wadah pemersatu pokok-pokok pemikiran NNB di Tapsel.
“Pada tangga 7 Januari bertempat di Angkola Barat menindak lanjuti workshop tersebut dilaksanakan temu NNB se Tapsel dan dari temu NNB itu terpilih saya selaku ketua. Mengingat Tapsel ini sangat luas dan dipisahkan oleh pemko Padangsidimpuan, maka diunjuk untuk jabatan sekretaris dari zona Angkola Jae (Batang Angkola, Sayur Matinggi) dan Bendahara dari ibukota Sipirok yaitu saudara Andry Febriansyah dari Tantom dan Zufri helmi harahap dari Parau Soat Sipirok,” Riski memaparkan.
“Setelah kita dilantik Kita berkomitmen bekerja sama mendukung program pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat cerdas maju dan sejahtera. Kita rutin bersinergi langsung dengan Pemkab Tapsel serta melalui OPD terkait seperti BPBD, Dinas Lingkungan Hidup, dinas Pariwisata serta privat sektor sesuai dengan hasil marpokat kita sebelumnya,” tambahnya lagi.
Sampai saat ini, lanjut Riski, NNB Tapsel tetap eksis dan berupaya untuk menjaga ekosistem yakni Giat dalam gerakan hijau, berwirausaha dan tetap menjadi pelopor di kalangan masyarakat serta menjaga adat istiadat dengan tetap membangun silaturrahim dengan Tokoh Tokoh adat di kabupaten Tapanuli Selatan.
“Tidak hanya sampai di situ kita bahkan tak luput menyoroti dan mengkritisi menjadi lembaga yang siap pasang badan di depan terhadap Privat Sektor yang berupaya merusak lingkungan kita, ini sesuai dengan jargon kita sebagai Poso poso Pagaran ni huta (benteng di desa),” imbuhnya.
Munculnya NNB Sapanusunan di Muaratais yang disambut baik oleh Bupati Tapsel membuat tanda tanya besar serta menimbulkan keresahan di kalangan NNB baik di Angkola Jae maupun secara keseluruhan dii kabupaten Tapsel.
Sebab, lanjutnya lagi, selain tidak melibatkan keluarga besar NNB Tapsel, terkesan berbau politik untuk persiapan Pemilukada tahun 2024 mendatang. Padahal selama ini NNB Tapsel tidak pernah ikut terlibat politik untuk mendukung baik legislatif maupun Bupati.
“Kita senang kalau Bupati rajin turun ke desa-desa dan kecamatan untuk melengkung kegiatan NNB, tapi kegiatan yang terjadi di Muaratais NNB Sapanusunan kami anggap terkesan untuk kepentingan golongan dan kelompok yang akan mengkotak kotakan keluarga besar NNB Tapanuli Selatan,” tegas Riski.
Tindakan oknum Tokoh masyarakat atas dukungan Bupati sama dengan tidak menganggap NNB sebelumnya ada, padahal jauh hari sebelum Dolly Pasaribu menjadi Bupati yang mempunyai peran atas terbentuknya keluarga besar NNB di kabupaten Tapsel.
Informasi yang dihimpun, sejumlah tokoh adat mengatakan dalam hal ini tidak ada yang dilanggar dalam tatanan adat, hanya saja terkesan kurang etis. Seyogyanya NNB harus kembali pada tugas pokok dan fungsinya sebagai pagar ni huta yang maknanya Naposo (muda/naposo pamatang) Nauli (baik dan sopan bertutur poda) Bulung (pagar atau melapisi diri dengan berakhlak baik).
“Kalau memang Bupati serius membangkitkan sanggar seni maka hidupkan kembali Dewan kesenian daerah kabupaten Tapsel yang sudah tidak pernah muncul lagi,” kata salah satu tokoh adat yang enggan disebut namanya. (r/WM)