Relawan yang Disuntik Vaksin Virus Corona Buatan Moderna Tunjukkan Hasil Positif

Ilustrasi penemuan vaksin corona (YouTube WGBH News)

WARTAMANDAILING.COM, Jakarta – Ada kabar baik mengenai vaksin virus corona. Relawan yang menerima vaksin memiliki hasil awal yang positif. Dilansir CNN, vaksin tersebut merupakan buatan perusahaan biotek, Moderna, yang bermitra dengan National Institutes of Health.

Kepala petugas medis Moderna, Dr. Tal Zaks, mengatakan, jika studi di masa depan berjalan dengan baik, vaksin akan dapat tersedia untuk umum pada awal Januari 2021.

“Ini benar-benar berita baik dan kami pikir banyak yang telah menunggu kabar ini selama beberapa waktu,” ujar Zaks.

Data awal ini berasal dari uji klinis Tahap 1. Tahap ini mempelajari sejumlah kecil peserta dan berfokus pada apakah vaksin itu aman dan memunculkan respons kekebalan.

Meskipun begitu, hasil penelitian belum ditinjau atau dipublikasikan oleh jurnal medis.

Tentang Moderna dan Pengembangan Vaksin

Diketahui, Moderna yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, adalah satu dari delapan pengembang vaksin di dunia yang melakukan uji klinis pada manusia dengan vaksin Covid-19.

Read More

Dua pengembang lainnya adalah Pfizer dan Inovio, yang juga berlokasi di Amerika Serikat. Satu pengembang berada di Universitas Oxford, Inggris, dan empat lainnya di China.

Moderna telah memvaksinasi lusinan peserta penelitian dan mengukur antibodi pada delapan peserta. Kedelapan peserta menunjukkan antibodi penetral terhadap virus pada tingkat yang dapat mencapai atau melebihi orang yang secara alami pulih dari Covid-19.

Antibodi penetral mengikat virus, dan melumpuhkannya untuk tidak menyerang sel manusia.

“Kami telah menunjukkan bahwa antibodi ini, respons kekebalan ini, sebenarnya dapat memblokir virus,” kata Zaks.

“Saya pikir, ini adalah langkah pertama yang sangat penting dalam perjalanan kami menuju vaksin,” imbuhnya.

Sementara itu, spesialis vaksin yang tidak terlibat dalam pengembangan yang dilakukan Moderna, mengakui kinerja yang luar biasa dari perusahaan tersebut.

“Ini menunjukkan bahwa antibodi tidak hanya berikatan dengan virus, tetapi juga mencegah virus menginfeksi sel,” ucap Dr. Paul Offit, anggota NIH yang menetapkan kerangka kerja untuk studi vaksin di AS.

Related posts