SEJARAH PERADABAN ISLAM

WARTAMANDAILING.COMJika kita masuk mesin waktu dan terbang menuju kurun pertengahan sekitar abad ke-10 Masehi dan terbang menyusuri kota-kota dunia Islam dan kota-kota dunia Barat, kita akan tercengang melihat perbedaan besar antara kedua belahan dunia itu. Kita akan melihat dunia yang penuh kehidupan, kekuatan, dan peradaban, yakni dunia Islam, dan dunia yang primitif, tak mengenal ilmu pengetahuan dan peradaban yakni dunia Barat.

Dunia Barat
Dalam buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan, Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga abad ke-10 M merupakan negeri tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar, tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di daratan rendah, berpintu sempit, dan dinding serta temboknya tidak berjendela.

Wabah penyakit berjangkit menimpa binatang ternak yang merupakan sumber penghidupan satu-satunya. Tempat kediaman dan kemanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Kepala suku tinggal di gubuknya bersama keluarga, pelayan dan orang-orang yang punya hubungan dengannya. Mereka berkumpul disebuah ruangan besar. Di bagian tengahnya terapat tunggu yang asapnya mengepul lewat lubang tembus yang menganga di langit-langit.

Mereka makan di satu meja. Sendok dan garpu belum dikenal dan gelas-gelas mempunyai huruf di bagian bawahnya. Setiap orang memegang sendiri gelas nya atau menuangkannya ke mulutnya sekaligus. Semua orang di rumah itu tidur di atas tanah atau di atas bangku panjang. Senjata mereka taruh di atas kepala merek masing-masing karena pencuri saat itu sangat berani sehingga orang-orang dituntut untuk selalu waspada dalam setiap waktu dan keadaan.

Kala itu Eropa masih berbentuk hutan belantara. Sektor pertaniannya terkebelakang. Dari rawa-rawa pinggiran kota tersebar bau-bau busuk yang menyengat. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu. Rumah-rumah itu tidak berventilasi dan tidak punya kamar-kamar yang teratur. Permadani sama sekali belum dikenal di kalangan mereka. Mereka juga tidak punya tikar kecuali jerami-jerami yang ditebarkan di atas tanah.

Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau busuk yang meresahkan. Satu keluarga semua anggotanya (laki-laki, perempuan dan anak-anak) tidur di satu kamar bahkan seringkali binatang piaraan dikumpulkan bersama mereka. Tempat tidur mereka adalah sekantung jerami yang diatasnya diberi sekantung bulu domba sebagai bantal. Jalan-jalan raya tidak diberi tempat saluran air, tidak ada batu-batu pengeras dan lampu jalan. Begitulah keadaan bangsa Barat pada abad pertengahan sampai abad ke-11 Masehi, menurut pengakuan para sejarawan mereka sendiri.

Dunia Islam
Bagaimana dengan dunia Islam? Kini tengok kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla untuk mengetahui bagaimana keadaan kota-kota ini dan bagaimana peradabannya.

Read More

Cordoba : Pada malam hari kota ini diterangi lampu. Pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dihiasi oleh batu ubin. Cordoba dikelilingi taman hijau. Orang-orang yang berkunjung ke sana biasanya bersenang-senang dulu di kebun-kebun dan taman-taman sebelum sampai ke kota Cordoba. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa (saat itu kota terbesar di Eropa jumlah penduduknya tidak lebih dari 25.000 jiwa).

Jika kita beralih ke Granada, kita akan menyingkap keagungan istana Al-Hamra yang merupakan lambang keajaiban yang sangat mencengangkan. Tempat yang selalu menjadi pusat perhatian para wisatawan dari mancanegara kendati zaman datang silih berganti. Istana ini didirikan di atas bukit yang menghadap ke kota Granada dan hamparan padang yang luas dan subur yang mengelilingi kota itu sehingga tampak seperti tempat terindah di dunia.

Lain lagi Sevilla, ditempat ini terdapat 6000 alat tenun sutra. Setiap penjuru kota Sevilla dikelilingi pohon zaitun, dan karena itulah di situ terdapat 10.000 tempat pemerasan minyak zaitun. Secara umum, kota-kota Spanyol (Andalusia) ramai sekali.

Setiap kota terkenal dengan berbagai macam industrinya yang diincar oleh bangsa Eropa dengan antusias. Bahkan kota-kota itu terkenal dengan pabrik-pabrik baju besi, topi baja, dan alat perlengkapan baja lainnya sehingga orang-orang Eropa datang dari berbagai tempat untuk membelinya.

Selanjutnya Baghdad. Sebelum dibangun oleh Khalifah Al-Mansur, Baghdad terletak di daerah yang sempit dan kecil. Ketika Al-Mansur bertekad membangunnya, ia mendatangkan insinyur teknik, para arsitek dan pakar ilmu ukur. Kemudian ia melakukan sendiri peletakan batu pertama pembangunan itu. Seluruh biaya yang dibelanjakan untuk membangun Baghdad mencapai 4.800.000 dirham. Jumlah pekerjanya mencapai 100.000 orang. Baghdad mempunyai tiga lapis tembok besar dan kecil mencapai 6.000 buah di bagian timur dan 4.000 buah di bagian barat. Selain sungai Tigris dan Efrat, terdapat juga 11 cabang anak sungai yang airnya mengalir ke seluruh rumah dan istana Baghdad.

Di sungai Tigris sendiri terdapat 30.000 jembatan. Tempat mandinya mencapai 60.000 buah. Diakhir masa pemerintahan Abbasiyah jumlah ini berkurang menjadi hanya beberapa puluh ribu buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah, sementara penduduk Baghdad dan kebanyakan ulama, sastrawan dan filsuf sudah tak terhitung lagi jumlahnya.

Demikian gambaran indah kejayaan Islam. Namun ironis, kejayaan itu selain sudah berlalu juga sengaja ditutup-tutupi. Berbagai temuan ilmu pengetahuan oleh kalangan Islam, justru diklaim kalangan Barat.


Oleh : Bang Mamat

Related posts