Demi Bertahan Hidup, Ibu dan Anak Balita Terpaksa Ngamen di Sidempuan

Siti Kholizah Lubis (39) dan kedua anak balitanya keliling dari warung ke kafe di sekitaran Padangsidimpuan demi untuk bisa mendapatkan uang recehan, Sabtu (15/4/2023) fhoto : istimewa.
Siti Kholizah Lubis (39) dan kedua anak balitanya keliling dari warung ke kafe di sekitaran Padangsidimpuan demi untuk bisa mendapatkan uang recehan, Sabtu (15/4/2023) fhoto : istimewa.

WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Mengamen kerap kali dilakukan sejumlah orang untuk bisa bertahan hidup di tengah sulitnya ekonomi yang mereka alami, seperti seorang ibu asal madina terpaksa membawa anaknya untuk mengamen di Padangsidimpuan, Sabtu (15/4/2023).

Berjuang dengan segala cara agar tetap bisa menyambung hidup, Hal itulah yang dilakukan Siti Kholizah Lubis (39) dan kedua anak balitanya keliling dari warung ke kafe di sekitaran Padangsidimpuan demi untuk bisa mendapatkan uang recehan.

Ibu dari tiga anak ini saat ditemui awak media di Jalan Kenanga, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan bersama anak balitanya Indah Tri Eftah Permata (3) dan Muhammad Rifki Tanjung (8) tahun.

Tampak dirinya bermake-up warna putih mencolok model badut dan menggendong tubuh mungil balitanya serta anak keduanya turut mengikuti dari belakang dengan membawa kotak tempat uang receh.

Tampak ditangan kanan ibu Siti ini menggenggam mikrofon sembari bernyanyi serta tangan kiri menenteng speaker bluetooth yang ia beli seharga Rp.100 ribu.

“Saya terpaksa melakukan ini demi untuk makan dan bisa membayar zakat fitrah tahun ini, karena tahun kemarin saya ngak bisa bayar.”ucap Siti saat diwawancara.

Siti Kholizah Lubis mengungkapkan dirinya warga Banjar Kobun, Kelurahan Panyabungan Dua, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Madina, ia mengaku tinggal tak jauh dari kediaman Bupati Madina, HM Ja’far Sukhairi Nasution, saat ini mengamen di Padangsidimpuan.

Read More

“Baru beberapa bulan ini saya tepaksa begini dan hari ini di Sidempuan numpang tinggal di rumah kakak di Kelurahan Losung baru, nanti balik lagi ke Madina kalau udah ada uang dapat untuk menutupi biaya makan dan bayar zakat.”ucapnya.

Diceritakan kepada wartawan, ibu tiga anak ini mengisahkan bahwa awal memberanikan diri untuk mengamen, ketika sebulan lalu suaminya seorang sopir harus operasi.

“Suami (Jefri Tanjung, 42) seorang sopir becak, tetapi karena ada penyakit terpaksa jarinya di potong sehingga tak bisa bekerja lagi bang.”ucapnya sembari menunduk.

Dijelaskan, ia memutuskan untuk membawa anaknya mengamen sejak bulan lalu, karena tidak mampu lagi membeli beras, trauma dirinya dan ketiga anaknya kelaparan dan sempat mencari sesuap nasi ke pesta pernikahan di Madina.

“Kami pernah nggak makan, makanya kami harus berani mengamen daripada kembali kelaparan.”urai Siti dengan mata memerah.

Ketika ditanyai, harapannya ke depan agar anaknya yang sekolah kelas tiga SD, Muhammad Rifki Tanjung.

“Saya ingin anak saya Rifki sekolah lagi dan suami saya bisa mendapat pekerjaan walau jarinya diputus karena operasi.’Harapnya. (Syahren)