Gerogoti Padi dan Ancam Musim Tanam, Petani di Siabu Siap Berantas Hama

Gerogoti Padi dan Ancam Musim Tanam Petani di Siabu Siap Berantas Hama, Jumat (27/10/2023) fhoto : Istimewa.
Gerogoti Padi dan Ancam Musim Tanam Petani di Siabu Siap Berantas Hama, Jumat (27/10/2023) fhoto : Istimewa.

WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Tikus ganas masih terus menggerogoti hasil panen raya padi dan mengancam musim tanam kedua tahun ini di areal persawahan Saba Bolak Siabu, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Sumut.

Demikian informasi yang dihimpun dari sejumlah petani dari Saba Bolak Siabu dalam keterangan rilis tertulis yang terima redaksi, Jumat (27/10/2023).

Seorang petani, Zet Nasution (57), dijumpai di Lopo Nanguda yang berlokasi di Saba Bolak Siabu, menggambarkan, walaupun masa puncak panen raya belum tiba, saat ini petani sedang terpukul karena hasil panennya menurun drastis.

Di musim panen tergolong tidak serentak kali ini, hama tikus terus menggerogoti rumpun hingga batang rebah. Lalu, hama yang datang secara bergerombol itu pun mengetam bulir padi.

Begitulah gambaran peristiwa yang terjadi di hamparan 250-an hektar itu. Bahkan, sebagian petani sudah merasa getir sajak padi berumur 10 hari.

“Tikus ini memang menyerang padi terutama ketika air sawah tergenang atau tanah masih basah. Makanya, banyak petani di Saba Bolak ini yang mempercepat masa pengeringan. Harapannya, tikus tidak datang menyerang sawahnya,” terang Zet Nasution.

Memang, hama ini tidak menyasar secara merata. Biasanya, tikus juga mulai membabat dari pinggir, sisi pematang sawah. Terus ke bagian dalam. Hewan ini menggerogoti dari pangkal rumpun batang. Kalau sudah mengeluarkan bulir (bibi), tikus pun mengetam bulir padi, termasuk yang masih hijau.

Read More

Di beberapa lokasi, tikus menyisakan sejumlah batang. Jika petani bersabar dan mau memupuk lagi, batang padi sisa penggerogotan tikus itu masih bisa bertunas dan kembali jadi rumpun baru.

Petani Kewalahan

Menurut amatan Zet Nasution, kerugian petani memang beragam. Ada yang ketika panen hanya memperoleh 30 persen saja dari hasil panen normal. Petani lain, ada yang masih dapat hasil 70 persen dari panen biasa.

“Ada yang menanam di lahan 6-7 pantak (lungguk, 1 bunbun), hanya dapat 30 belek (kaleng). Padahal, biasanya bisa mencapai 70-90 kaleng.

Lebih-lebih lagi ketika turun hujan, serangan tikus pun makin mengganas.

Makanya, untuk mengurangi bebannya, lanjut Zet Nasution, beberapa petani yang menyewa lahan meminta agar pemilik lahan bersedia menurunkan sewanya. Yang biasanya bagi tiga, bisa berkurang. Setidaknya, tidak lagi berdasarkan ukuran 30 kaleng per bunbun, agar penderitaan petani bisa berkurang.

Keterangan yang hampir serupa juga terungkap dari penuturan Dodi Nasution (33).

“Kami yang petani sudah sama-sama merasakan akibat dari serbuan hama ini. Karenanya, saya yakin, semua petani mau gotong-royong ke sawah untuk berburu memberantas hama ganas ini secara serentak,” tambah Dodi Nasution.

Mangaraja Bintang (67), salah seorang hatobangan di Siabu, juga mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, serangan tikus itu mengiringi siklus meluapnya air sungai di sekitar lokasi pertemuan aliran Sungai Batang Gadis dan Sungai Batang Angkola yang disebut Lumpatan.

“Biasanya,
hewan yang datang bergerombol dalam jumlah ratusan itu berukuran lebih besar dan bentuk mulutnya pun lebih runcing dari tikus biasa (lokal). Ketika permukaan air di dua sungai itu naik, hama itu pun terdesak ke atas dan berhamburan ke areal persawahan sekitar Rodang Tinapor,” katanya.

Dia menambahkan, dengan luas areal dan banyaknya jumlah tikus, petani dan pemilik lahan tentu merasa kewalahan untuk membeli sendiri-sendiri semua racun tikus yang dibutuhkan. Lagi pula, pemberantasan tikus ini mestinya dilakukan secara serentak.

Kehadiran Pemerintah

Pemerhati pertanian yang berprofesi sebagai dosen di Madina, Zainal Abidin MPd, yang dijumpai di kawasan persawahan Huraba, Kecamatan Siabu, menuturkan pemberantasan tikus serentak itu menuntut kehadiran pemerintah.

Seperti yang juga diungkapkan Zet Nasution, hingga saat ini, Dinas Pertanian Kabupaten Mandailing Natal belum terlihat melakukan langkah-langkah penanggulangan.

Padahal, kalaupun terkendala anggaran untuk pengadaan racun tikus dan peralatan yang dibutuhkan, pemerintah dan penyuluh pertanian perlu mengajak petani musyawarah dan memberi informasi.

Menurutnya, justeru jauh lebih mendasar faktor kehadiran penyuluh untuk melakukan langkah-langkah yang tepat. Tanpa anggaran besar pun, pemerintah dapat memberikan motivasi dan meyakinkan petani bahwa hama dapat diberantas.

Kalaupun hasil musim panen raya ini tak tertolong, ungkap Zainal Abidin, petani dan pemerintah harus melakukan langkah-langkah antisipasi untuk persiapan musim tanam selanjutnya.

“Saya yakin, apalagi nantinya melibatkan unsur TNI dan Polri, kita bisa bikin pemberantasan serentak di seluruh kecamatan Siabu,” tambah Zainal Abidin.

Persiapan Musim Tanam

Petani yang juga pemerhati masalah pertanian, Sulhan Nasution (46), di temui di Desa Huraba, Siabu, Madina, mengatakan, pembasmian tikus ini memang harusnya dilakukan secara serentak.

Menurutnya, untuk sementara ini, tak banyak yang bisa dilakukan petani. Jenis tikus yang bersarang di atas pohon kelapa itu akan turun beraksi pada malam hari. Sebaliknya, pada waktu siang dan sore, tikus ini justru nyaris tak tampak.

Beberapa petani mengaku, lanjutnya, serangan gerombolan ribuan tikus itu justru tampak makin membabi buta setelah petani menghalaunya dengan racun.

“Makanya, harus diberantas serentak, agar populasi dari binatang yang disebut “tikus serdadu” itu habis, sehingga tidak ada lagi yang berpindah-pindah dari lahan yang satu ke lahan lainnya,” jelasnya.

Pembasmian serentak itu manjadi cara efektif untuk mempersiapkan musim tanam selanjutnya. Kalau bisa, populasi tikus yang biasa hidup di rawa dua sungai itu habis. Tidak kembali lagi ke rawa.

Menanggapi rencana pemberantasan tikus ganas itu, Zainal Abidin juga menyebutkan, penderitaan petani di Desa Huraba juga sangat pedih. Sembari menunjukkan seorang petani yang duduk di sampingnya, dia mengatakan, “Bayangkan saja, kawan ini hanya dapat hasil 20 kaleng dari lahan enam pantak. Biasanya, bisa dapat 90-100 kaleng.”

Dia sependapat, pemberantasan harus dilaksanakan secara serentak di seantero Siabu ini. Mulai dari daerah Tanggabosi, Huraba, Siabu, Simangambat dan Sihepeng. Pokoknya, semua areal sawah di sepanjang pinggiran Rodang Tinapur.

“Harapan kita, tikus ini tidak lagi muncul jadi ancaman pada musim tanam berikutnya. Tentu saja, saya pikir, pemerintah harus siap, bisa mengambil inisiatif dan siasat anggaran agar musim tanam selanjutnya bebas dari ancaman tikus,” imbuhnya.(Red)