Usai Panen, Syukuran dan Bayar Nasar Masih Tetap Lestari di Desa Hutarimbaru-SM

Para kaum bapak tampak duduk bersila diatas tikar dan dibawah tenda saat mengikuti syukuran dan doa, fhoto : Istimewa.
Para kaum bapak tampak duduk bersila diatas tikar dan dibawah tenda saat mengikuti syukuran dan doa, fhoto : Istimewa.

WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal SYUKURAN usai panen atau memasuki masa tanam padi kembali merupakan sebuah kearifan lokal yang masih tetap lestari di sebagian wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Kegiatan itu, tidak hanya ditunjukkan untuk rasa syukur kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai sarana mempererat silaturrahmi di kalangan masyarakat petani.

Seperti halnya dilakukan sejumlah petani yang sudah bertahun-tahun mengolah areal persawahan di kawasan Payaombur Desa Hutarimbaru-SM Kecamatan Kotanopan, Rabu (24/01/2024). Pelaksanaan bayar nazar sekaligus syukuran sudah menjadi rutinitas bagi petani pasca panen.

Pada musim panen tahun ini, para petani di wilayah Payaombur tersebut memperoleh hasil panen baik bahkan boleh dibilang panen tahun ini dinyatakan berhasil. Tidak seperti pada masa panen tahun 2022 lalu, sebagian besar petani gagal panen.

Kegagalan panen tahun lalu terjadi kemungkinan besar akibat kondisi cuaca ekstrim, kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mempengaruhi pada perubahan kualitas dan kuantitas air yang mengakibatkan kekeringan pada lahan pertanian diareal ini tahun lalu.

Pada kesempatan itu, seratusan petani membayar nazar dengan berdo’a dan bersyukur kepada Allah SWT. Mereka berharap syukuran akan membawa berkah dan keselamatan bagi petani untuk mengolah lahan persawahan miliknya pada musim tanam mendatang ini hingga panen dengan hasil memuaskan nantinya.

fhoto : kaum ibu dan anak-anak juga mengikuti acara syukuran.

Syukuran pasca panen padi itu dilakukan petani bersama pemerintahan desa, BPD, tokoh masyarakat, para alim ulama, kaum ibu, naposo nauli bulung dan warga lainnya.

Read More

Kegiatan diawali dengan shalat zuhur berjamaah, membaca tahlil, tahtim dan do’a bersama. Dilanjutkan makan bersama dengan menikmati hidangan dipersiapkan yang menyimbolkan sebuah tradisi untuk mensyukuri hasil-hasil pertanian, khususnya padi yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat yang ada di desa itu.

Sahmuddin Lubis, perwakilan petani kawasan Payaombur mengatakan, merupakan tradisi bagi petani untuk menggelar syukuran usai panen raya padi. Tujuannya, ungkapan rasa syukur petani kepada Allah setelah berhasil memanen padi pada lahan persawahan masing-masing.

“Alhamdulillah….. produksi hasil panen padi kami tahun ini atau sebulan yang lalu baik, sehingga kami mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Karena biar bagaimanapun, mau kecil atau besar, tetap harus kita syukuri,” ucapnya.

fhoto : tampak antusias warga menggelar acara syukuran dan doa bersama.

Hal senada juga disampaikan Eddy Faisal Lubis sebagai petani lainnya. Meski sebagian besar areal persawahan dikelola petani masih tanah hujan, tapi tidak menyurutkan petani untuk melaksanakan syukuran.

“Banyak makna yang terkandung dalam tradisi syukuran ini. Selain momen silaturrahmi, juga untuk mendapatkan berkah dan keselamatan bagi petani atas hasil panen yang lumayan di musim tanam mendatang ini,”jelasnya.

Ia mengatakan, do’a bersama ini merupakan suatu kegiatan yang baik apalagi mengharapkan keberkahan dan keridhoan dari Allah. Artinya, syukuran sebagai ungkapan terima kasih petani kepada Allah senantiasa dipelihara dan dapat digelar pada masa-masa panen berikutnya.

“Kita berharap dalam melakukan tanam juga harus ada kebersamaan. Kita menanam padi dengan mengharapkan keberkahan, tentunya harus ada kekompakan dari masyarakat. Ini bagian dari membangun desa melalui peningkatan ekonomi,” tuturnya.

Sementara Haris Ahmad Nasution selaku tokoh masyarakat Desa Hutarimbaru yang dihubungi menyampaikan acara syukuran atau bayar nazar ini sudah menjadi rutinitas setiap panen nya. Selama ini, hasil panen padi di Paya Ombur ini memang tidak selamanya bagus.

Hal ini mengingat air untuk tanaman padi di kawasan ini mengandalkan air hujan. Sudah hampir puluhan tahun pengairan sawah yang luasnya hampir 22 hektar ini terus mengandalkan air hujan disebabkan irigasinya tidak ada lagi.

Ditambahkannya, keberadaan sawah di daerah Paya Ombur ini sangat membantu bagi warga. Makanya, walaupun irigasinya tidak ada, warga tetap berupaya mengelolanya menjadi areal persawahan.

“Lahan sawah tadah hujan berlokasi di Paya Ombur ini luasnya mencapai 22 hektar yang digarap 56 kepala keluarga (KK). Jika seandainya irigasinya ada, masih ada lagi lahan seluas 20 hektar yang masih bisa diolah masyarakat petani menjadi areal persawahan,ujarnya. (Munir Lubis)

Related posts