WARTAMANDAILING.COM, Mandailing Natal – Sungai Batang Gadis, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal belakangan ini terus berwarna kecoklatan. Hal itu terjadi diduga karena ulah penambang emas tanpa izin (PETI) menggunakan alat berat jenis excavator dan juga mesin penyedot (Dompeng) di Kecamatan Kotanopan sehingga aliran sungai Batang Gadis tersebut berubah kecoklatan akibat tercemar dari limbah penambangan yang dibuang langsung ke aliran sungai.
Diketahui keberadaan sungai Batang Gadis sangat penting untuk pengairan lahan persawahan di 5 Kecamatan, yaitu : Kecamatan Panyabungan, Panyabungan Barat, Panyabungan Utara, Huta Bargot dan Kecamatan Naga Juang, yang disalurkan melalui irigasi zal kanan dan kiri dari bendungan Batang Gadis.
Menanggapi keruhnya sungai Batang Gadis yang diduga dampak dari aktivitas PETI di Kecamatan Kotanopan, Direktur Yayasan Ekosistem Batang Gadis M Nuh Nasution SH, Senin (06/01/25) menyampaikan harapan kepada Aparat penegak hukum untuk tidak berhenti melakukan penindakan terhadap pelaku PETI di Kecamatan Kotanopan.
“Kita apresiasi Polres Madina yang telah pernah melakukan penindakan terhadap PETI dengan menggunakan alat berat, namun kita juga meminta agar Kepolisian tidak bosan untuk terus melakukan penindakan terhadap pelaku PETI” ungkap M Nuh Nasution SH.
Disebutkan juga PETI dengan menggunakan alat berat dan mesin dompeng itu tentu sudah dikelola oleh pemilik modal atau Boss tambang, M Nuh juga meminta agar pihak Kepolisian segera mengungkap tuntas siap Boss pemodal Tambang ilegal di Kecamatan Kotanopan.
“Penggunaan alat berat dan mesin dompeng itu tentu sudah harus dengan permodalan yang besar, jangan mereka mengatas namakan masyarakat, Polisi harus tindak siapa dalang dibalik PETI Kotanopan” Pinta Direktur YEBG M Nuh Nasution SH.
Aliran Sungai Batang Gadis tampak keruh dan kecoklatan di wilayah kecamatan tambangan.
Keberlangsungan ekosistem sungai Batang Gadis harus tetap dijaga karena ini menyangkut hajat hidup masyarakat di 5 Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, khususnya Petani pengguna air irigasi Sungai Batang Gadis. (*)